JAKARTA, KOMPAS.com - Balapan liar merupakan masalah lama yang terus terjadi di tengah masyarakat. Kasus balapan liar atau "bali" timbul tenggelam seiring dengan tindakan tegas penertiban.
Belum lama ini seorang polisi dikeroyok saat akan membubarkan balap liar. Aksi tersebut terjadi di dekat Bundaran Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (7/12/2021) dini hari.
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran berwacana akan memfasilitasi para pelaku balap liar dengan menyediakan lokasi khusus yang bakal dijadikan arena balapan pada malam hari.
"Jadi (pelaku) balap liar itu akan saya fasilitasi bukan dimusuhi. Bukan ditangkap, tetapi akan saya fasilitasi dia," kata Fadil pada November 2021 mengutip Megapolitan Kompas.com.
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, meski difasilitasi, pelaku balap liar pada dasarnya akan selalu mencari tempat lain untuk balapan.
"Perlu diketahui ditutup di satu tempat, mereka akan terus melakukan di tempat lain, walaupun difasilitasi tetap ada muncul kelompok-kelompok yang melakukan aktivitas ini," kata Jusri kepada Kompas.com, Rabu (8/12/2021).
Kelompok seperti ini, kata Jusri, ini berbeda dengan mayoritas pelaku balap liar, yaitu remaja yang butuh eksistensi. Sebab, pelakunya ialah orang yang suka sensasi dan adrenalin.
"Kelompok ini tidak mengenal umur, sampai tua mereka suka aktivitas ekstrem yang selalu melihat norma keselamatan adalah hal kuno. Orang-orang seperti ini tidak terlalu banyak, tapi akan muncul terus," katanya.
"Orang yang suka (adrenalin) walaupun sudah balapan di sirkuit tetap saja melakukan hal ini (bali) atau melakukan aktivitas berbahaya di ruang publik. Ini karakter tersendiri, tapi mayoritas yang melakukan bali ialah remaja yang ingin eksistensi," kata Jusri.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/09/132100615/pelaku-balap-liar-selalu-cari-tempat-baru-buat-balapan