JAKARTA, KOMPAS.com – Harga mobil listrik yang masih mahal jadi kendala penjualannya di Indonesia. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menilai, pemerintah perlu memberikan insentif untuk meningkatkan penetrasi mobil listrik di Tanah Air.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, mengatakan, kemampuan daya beli masyarakat Indonesia terhadap mobil masih di bawah Rp 250 juta. Padahal, harga mobil listrik paling murah dipatok Rp 600 juta.
Menurut Kukuh, hal ini membuat penjualan mobil listrik di Indonesia belum sebesar atau tertinggal dari negara-negara lain di dunia.
"Harga mobil listrik yang paling murah saat ini sekitar Rp 600 juta. Nah, masyarakat kita itu daya belinya masih di kisaran di bawah Rp 250 juta. Jadi, ada gap (selisih) hampir sekitar Rp 300 juta," kata Kukuh, dilansir dari webinar yang disiarkan Youtube Kompas Harian (4/12/2021).
Kukuh juga menambahkan, pasar mobil listrik di Indonesia juga masih tertinggal karena tidak mendapat insentif yang besar dari pemerintah.
"Di China misalnya, kami dapat informasi dari kolega kami di sana, bahwa subsidi sebesar 15.000 dolar AS per unit. Demikian juga di Korea Selatan," ujar Kukuh.
Alasan lain karena pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah dari negara-negara maju. Khususnya bila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.
Selain itu, pasar mobil listrik di Indonesia belum didukung basis produksi yang kuat. Meski Kukuh, tidak menyebut dengan pasti berapa kapasitasnya.
Jika dibandingkan dengan China, pasar mobil listrik di sana telah mencapai 1 juta unit per tahun. Angka ini bahkan jadi yang besar di dunia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/04/124200615/gaikindo-sebut-harga-mobil-listrik-masih-jauh-dari-daya-beli