Tak heran jika para produsen saat ini berlomba-lomba untuk terus berinovasi dalam mengembangkan sesuatu yang baru untuk bersaing di segmen kendaraan listrik.
Kondisi ini membuat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tengah gencar membangun infrastruktur pendukung untuk kendaraan listrik di Indonesia.
Namun, meskipun hadir tanpa emisi gas buang, mobil dan motor listrik dipandang sebelah mata karena mendapat pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan penggunaan bahan baku batu bara.
Executive Vice President Pemasaran dan Pengembangan Produk PT PLN Hikmat Drajat menjelaskan, produksi listrik memang tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Hal ni yang membuat komposisi power plant PLN masih menggunakan PLTU.
“Saat ini memang sekitar 60 persen komposisi power plant PLN masih PLTU. Sebab, pembangun listrik itu tidak bisa sebentar, paling tidak 2-3 tahun,” ucap Hikmat dalam seminar IEMS 2021 di Kawasan Puspitek Serpong, Kamis (25/11/2021).
Hikmat melanjutkan, saat ini pihaknya sudah mulai menghentikan penggunaan PLTU dan beralih ke renewable enegery power plant dengan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Menurutnya, PLTP renewable yang di Indonesia potensinya kurang lebih 20 sampai dengan 22 Giga Watt Hour.
“Ini yang perlu kita bangun bersama-sama. Sudah ada kebijakan dari pemerintah bahwa tidak ada lagi pembangunan power plant berbasis batu bara," kata dia.
Hikmat juga melanjutkan, pihaknya akan mengacu pada rencana net zero emission yang ditargetkan tercapai pada 2060. Oleh sebab itu, masyarakat tidak perlu khawatir soal emisi karbon yang dihasilkan dari produksi listrik PLN.
“Mulai dari sekarang kami sudah stop pembangunan pembangkit berbasis batu bara. Nantinya emisi CO2 sudah semakin berkurang, karena akan banyak pembangunan renewable energy," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/11/26/150100815/kendaraan-listrik-disebut-masih-hasilkan-emisi-karbon