JAKARTA, KOMPAS.com - Gejala aquaplaning atau hydroplaning merupakan ancaman yang bisa saja dialami oleh pengemudi kendaraan bermotor terutama pada saat hujan atau jalan basah.
Kondisi hilangnya traksi ban terhadap aspal saat melaju di jalan basah atau tergenang air, dapat memicu terjadinya kecelakaan fatal hingga menyebabkan korban jiwa.
Biasanya kondisi seperti ini banyak dialami pengemudi ketika berada di jalan tol. Hal ini tentu saja membahayakan karena penggunaan kecepatan tingggi di jalan tol.
Untuk itu, bagi setiap pengemudi sebaiknya memahami beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya aquaplaning.
1. Memacu kendaraan dalam kecepatan tinggi.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menyarankan, ketika melaju di jalan basah tidak perlu terburu-buru apalagi menggunakan kecepatan tinggi.
“(Aquaplaning) biasanya terjadi karena pengemudi terburu-buru saat melintasi genangan air. Ini yang justru berbahaya, sebaiknya pelan-pelan saja agar mobil tidak terangkat dari aspal,” ujar Sony, kepada Kompas.com belum lama ini.
Mengemudikan kendaraan bermotor dalam kondisi hujan atau jalanan basah tidak bisa disamakan ketika kondisi jalanan kering. Untuk itu, saat melaju di jalanan basah atau tergenang air sebaiknya pengemudi tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Hanya saja, selama ini masih banyak pengemudi yang mengabaikan cara mengemudi aman dan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi saat kondisi hujan.
Hal tersebut dapat menyebabkan ban kendaraan kehilangan traksi terhadap aspal sehingga kendaraan kehilangan kendali dan tergelincir hingga menyebabkan kecelakaan fatal.
2. Kondisi ban yang sudah gundul
Selain karena kecepatan tinggi, faktor lain yang juga bisa memicu terjadinya aquaplaning adalah kondisi ban yang sudah tidak prima lagi.
On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Zulpata Zainal mengatakan, kondisi ban juga perlu diperhatikan, terlebih sebelum berkendara di jalanan basah atau kondisi hujan.
Kondisi telapak ban juga bisa mempengaruhi terjadinya gejala aquaplaning karena alur ban tidak sempurna dalam mengalirkan air.
“Pastikan sisa tinggi telapak ban mumpuni yaitu masih di atas tanda TWI (tread wear indicator), untuk mobil berpenumpang TWI-nya harus 1.6 mm dari dasar,” kata Zulpata.
3. Tekanan angin ban kurang
Selain alur ban yang sudah gundul, tekanan ban kurang juga dapat menyebabkan terjadinya aquaplaning. Tekanan ban yang kurang berpengaruh pada daya cengkeram ban ke aspal.
Maka dari itu, sebelum melakukan perjalanan pastikan tekanan angin ban sesuai dengan aturan yang direkomendasikan pabrikan.
Menurut Zulpata, saat tekanan udara ban kurang maka ban tidak memiliki contact patch atau area kontak dengan aspal yang maksimal. Kondisi ini menyebabkan daya cengkeram ban juga berkurang atau tidak sebaik ketika tekanan udaranya sesuai.
“Kurangnya tekanan udara juga bisa menyebabkan terjadinya aquaplaning. Kami di GTPG (Gajah Tunggal Proving Ground) melakukan cek aquaplaning, hasilnya dengan dikurangi tekanan udara dari standar memperbesar potensi terjadinya aquaplaning,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/11/20/151200915/kenali-beberapa-faktor-penyebab-aquaplanig-pada-mobil