JAKARTA, KOMPAS.com – Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, mulai rutin memberlakukan kebijakan pembatasan kendaraan dengan skema ganjil genap. Namun demikian, aturan itu tidak serta-merta menghapus kemacetan yang hampir terjadi setiap akhir pekan.
Sigit Irfansyah, Direktur Lalu Lintas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), ada beberapa sebab yang membuat kawasan Puncak selalu macet meskipun telah dilakukan berbagai pembatasan mobilitas.
Menurutnya, selama pandemi Puncak tidak macet karena banyak kawasan wisata tutup. Namun, setelah turun level PPKM-nya, banyak orang mulai jenuh dan ingin beraktivitas.
Namun, karena kawasan wisata masih dibatasi pengunjungnya, akhirnya banyak orang yang mengantre masuk ke lokasi wisata, sehingga menimbulkan kemacetan panjang.
"Jadi kita atur sedemikian rupa, kita terapkan ganjil genap di puncak dengan diskresi kepolisian, ya (akhirnya) tetap macet, karena (adanya) hambatan samping. Jadi bukan karena traffic-nya,” ujar Sigit, dalam webinar yang digelar MTI, Kamis (4/11/2021).
“Di puncak tetap macet? Iya, karena hambatan samping, orang keluar masuk. Traffic di puncak sudah berkurang, karena banyak orang mikir 'saya tidak perlu ke Puncak setiap minggu, cukup sebulan dua kali, karena mobil saya ganjil atau genap',” kata dia.
Selain itu, Sigit mengatakan bahwa kawasan Puncak sudah macet selama puluhan tahun ketika akhir pekan.
Kebijakan yang dilakukan selama ini adalah dengan memberlakukan buka-tutup jalur yang mana sifatnya situasional.
“Tujuan kita adalah untuk mengurangi penyebaran (virus). Tentunya supply juga harus dibatasi, dengan itu kita coba ganjil genap," ucap Sigit.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/11/05/130100715/kenapa-jalur-puncak-tetap-macet-meski-sudah-pakai-ganjil-genap