JAKARTA, KOMPAS.com – Transisi kendaraan dengan mesin bakar internal (ICE) ke kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) diprediksi bakal berdampak pada kelangsungan hidup bengkel otomotif UMKM.
Adaptasi rupanya tidak hanya dilakukan oleh pabrikan besar, tapi juga bengkel pinggir jalan yang selama ini mengandalkan mobil dan motor konvensional.
Hermas Efendi Prabowo, Ketua Umum Persatuan Bengkel Otomotif Indonesia (PBOIN), mengatakan, peralihan menuju era kendaraan listrik jadi tantangan bagi seluruh sektor bisnis otomotif.
“Memang dengan mobil listrik, jumlah komponen yang dipakai semakin sedikit. Pengusaha bengkel mau enggak mau bakal mengurangi jumlah mekanik maupun toko,” ujar Hermas, saat ditemui Kompas.com di Jakarta (31/10/2021).
Meski begitu, peralihan mobil konvensional ke mobil listrik tidak serta merta menghapus minat orang untuk datang ke bengkel umum atau bengkel spesialis.
Menurutnya, masih ada ruang yang bisa dilakukan oleh pebisnis bengkel otomotif UMKM. Seperti membuka jasa servis komponen non-motor atau menggarap bengkel yang berhubungan dengan kelistrikan.
“Sebetulnya kami sudah melakukan, misalnya odometer ada spesialisnya sendiri, audio ada sendiri, body control module ada pemainnya sendiri, electronic power steering, dan itu kan masih dibutuhkan. Body repair juga masih, ban, pelek dan sebagainya,” ucap Hermas.
“Yang enggak ada mungkin mesin, transmisi sudah enggak ada. Kami tentu harus berubah, karena bengkel UMKM ada karena industri otomotif,” tuturnya.
Hermas juga menambahkan, pada dasarnya keberadaan bengkel UMKM mengikuti industri yang ada. Dulu bengkel otomotif muncul, karena industri mobil dan motor yang hadir lebih dulu.
“Tapi semua itu enggak bisa semudah membalikkan telapak tangan, ada proses, butuh waktu, yang menurut saya mungkin bisa 20 tahun atau 25 tahun lagi. Jadi enggak seketika,” kata Hermas.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/11/03/152200515/bengkel-otomotif-umkm-terancam-dampak-peralihan-kendaraan-listrik