JAKARTA, KOMPAS.com - Beredar di media sosial video yang memperlihatkan sebuah angkutan kota (angkot) dirusak oleh sejumlah pemuda, pada Minggu (24/10/2021). Insiden tersebut diketahui terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Dalam rekaman itu terlihat angkot berwarna merah berhenti di tengah jalan. Angkot tesebut dirusak oleh sejumlah oknum hingga kaca bagian depannya hancur. Usai melakukan perusakan, para oknum yang mengendarai sepeda motor itu langsung kabur.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Cianjur AKP Septiawan Adi Prihartono mengatakan, insiden tersebut diduga dipicu senggolan antara angkot dengan rombongan kendaraan pelaku.
Para pelaku yang tidak terima kemudian mengejar angkot hingga terjadi perusakan.
“Para pelaku ini pulang dari turnamen futsal, kemudian di jalan terjadi serempetan dengan angkot,” ucap Adi dikutip dari Regional Kompas.com, Senin (25/10/2021).
Menanggapi hal ini, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengungkapkan, pengendara sebaiknya menghindari situasi yang dapat menimbulkan emosi di jalan raya.
“Emosi adalah hal yang wajar pada manusia. Namun, bedanya ada pada hasil emosi yang dihasilkan. Harus terkontrol dan sesuai aturan. Pertimbankan bila melakukan tindakan agresif, apa akibatnya bila berurusan dengan hukum,” ujar Sony.
Sikap lainnya adalah menghargai pengguna jalan lain, siapa saja. Termasuk petugas di jalan raya atau bahkan dengan orang yang dianggap mengemudikan kendaraan secara agresif.
“Mungkin dia sedang buru-buru ada urusan penting yang tidak bisa dikompormikan. Berpikir positif saja, beri jalan, atau menjauh,” ucap Sony.
Sementara itu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menambahkan, pengendara juga harus punya rasa empati ketika berada di jalan, kesadaran, hingga mau memulai minta maaf lebih dulu.
“Berkelahi di jalan itu hanya akan menambah masalah, bukan menyelesaikan masalah. Pasti juga banyak kerugiaannya,” ujar Jusri.
Pasti sulit menjaga emosi di jalan, karena kondisi lalu lintas yang macet dan kebutuhan untuk tiba di tempat tujuan dengan cepat. Oleh sebab itu, menurut Jusri manajemen waktu juga harus diperhatikan.
“Masyarakat di kota besar itu kurang bisa manajemen waktu. Berangkat ke kantor mepet jam masuk, coba berangkat lebih awal, dan tentukan rute sebelum berkendara. Pasti tidak akan terburu-buru hingga akhirnya melanggar peraturan lalu lintas,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/10/25/164100015/perusakan-angkot-di-cianjur-pentingnya-jaga-emosi-saat-berkendara