JAKARTA, KOMPAS.com – Kecelakaan bus di Indonesia relatif masih kerap terjadi. Upaya untuk mengurangi jumlah kecelakaan itu pun terus dilakukan demi menghadirkan jalanan yang aman dan selamat.
Salah satu penyebab dari kecelakaan bus adalah human error atau kesalahan pengemudi. Sayangnya, masih ada beberapa salah kaprah yang dianggap benar oleh pengemudi, padahal salah dan bisa membahayakan.
Soerjanto Tjahjono, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi, mengatakan, beberapa kecelakaan bus di Indonesia disebabkan pemahaman yang keliru dan fatal dari pengemudi.
“Banyak pengemudi yang ngomong, kalau memakai exhaust brake membuat solar boros dan membuat mesin gampang rusak, ini pengertian yang salah,” ucap Soerjanto dalam acara Accident Review Forum KNKT beberapa waktu lalu.
Exhaust brake ini sebenarnya adalah rem pembantu, sangat berguna untuk mengurangi kecepatan bus ketika melewati turunan yang panjang. Salahnya, karena dianggap bikin boros BBM, pengemudi memakai gigi tinggi saat melewati turunan dan hanya mengandalkan rem kaki.
“Pengemudi enggak tahu hal tersebut, jadi tidak mau memakai exhaust brake untuk tambahan pengereman ketika jalan turunan panjang,” kata Soerjanto.
Salah kaprah lainnya adalah soal rem bus yang sudah dilengkapi dengan Anti-lock Braking System (ABS). Banyak pengemudi yang mengatakan bahwa bus dengan rem ABS lebih pakem daripada yang non-ABS, lagi-lagi ini pemahaman yang terbalik.
“Justru dengan ABS jarak pengereman akan lebih panjang. Keuntungan ABS adalah ban tidak mengunci sehingga masih bisa disetir. Tapi, banyak pengemudi yang sering menempel di jalan tol dalam kecepatan tinggi karena merasa aman memakai rem ABS,” ucapnya.
Soerjanto memohon kepada PO bus dan ATPM memberikan pelatihan kepada para pengemudi agar tidak salah dalam pengoperasian kendaraan, sehingga pengetahuan pengemudi bisa bertambah dan bisa mengemudi lebih aman.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/10/04/114200515/kecelakaan-bus-juga-kerap-terjadi-karena-minim-pemahaman-pengemudi