JAKARTA, KOMPAS.com – Minyak rem merupakan komponen penting pada sistem pengereman kendaraan. Minyak rem mendorong kampas rem secara hidrolis, sehingga mobil bisa berkurang kecepatannya atau berhenti.
Layaknya oli mesin, minyak rem juga perlu diganti secara rutin. Bedanya, oli mesin bisa dicek apakah masih baik atau sudah saatnya ganti, sedangkan minyak rem, untuk tahu kondisinya lebih sulit untuk dilakukan.
Rifat Sungkar, Brand Ambassador Mitsubishi Motors Indonesia mengatakan, minyak rem enggak pernah ketahuan kapan rusak. Pasalnya tidak terlihat secara kasat mata, jadi penggantian minyak rem paling ideal hanya bisa dilakukan berdasarkan jadwal saja.
“Minyak rem diganti setiap dua tahun atau 20.000 km. Ini harus dilakukan karena rem punya tugas yang berat, membawa bobot kendaraan total. Jadi minyak rem tentu pernah overheat berulang kali,” ucap Rifat yang juga pebalap nasional, dalam acara MMKSI Virtual Interview, Rabu (29/9/2021).
Kemudian jika melihat tempat minyak rem yang ada di ruang mesin, perlu diperhatikan jika volumenya berkurang. Volume minyak rem yang berkurang bisa mengindikasikan dua hal, pertama ada kebocoran, kedua, bisa saja kampas rem sudah menipis.
“Kalau minyak rem ada yang kurang, pasti ada yang bocor, jadi mesti dicek sekelilingnya, pasti ada satu titik yang bocor. Namun, ini bisa juga sebagai indikator kampas rem sudah tipis, karena sulit untuk melihatnya langsung di balik pelek,” kata Rifat.
Kemudian, jika ingin meningkatkan performa pengereman, tidak bisa sembarangan mengganti standar minyak rem menjadi lebih tinggi. Misalnya Mitsubishi Xpander menggunakan minyak rem dengan standar DOT 3, tidak bisa asal mengganti dengan yang lebih tinggi.
“Saya bilang jangan kalau mau diganti dengan DOT 5 atau 6. Soalnya, DOT yang lebih tinggi itu dipakai untuk mobil high performance, yang disc brake-nya karbon, atau pistonnya yang empat sampai enam piston,” ucapnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/09/30/092200915/kapan-harus-mengganti-minyak-rem-pada-mobil-