Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Disebut Tak Ada Cacat Produksi, Ini Tanggapan Mantan Bos Jeep Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil investigasi dan keputusan yang dikeluarkan oleh pihak pemegang merek kendaraan Jeep global, Stellantis terkait insiden yang melibatkan mantan bos Jeep Indonesia, diklaim tidak logis atau sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Sebab, bila melihat kondisi mobil yang dikendarai yaitu Jeep Grand Cherokee Summit pada 15 Juli 2021 lalu, terjadi kerusakan parah tetapi fitur keamanan yaitu kantung udara alias airbag tidak ada satupun yang aktif.

Bahkan sebelum membentur truk kontainer akibat pindah lajur sesaat ada satu unit Toyota Avanza yang ngerem mendadak di depannya, pengemudi langsung melakukan hard braking guna mengurangi laju mobil secara signifikan.

"Jadi, saya kecewa dengan tanggapan dari mereka. Saya menilai bahwa hal ini karena tidak ada korban jiwa ataupun cedera akibat kecelakaan tersebut," ujar CEO Garansindo Distributor Indonesia (GDI) Muhammad Al Abdullah atau biasa disapa Memet kepada Kompas.com, Jumat (17/9/2021).

"Saya sangat yakin apabila (jangan sampai ya) ada korban jiwa pasti berbeda tangggapan mereka," lanjut mantan bos Jeep Indonesia tersebut.

Oleh karenanya, ia akan membawa kasus terkait ke ranah hukum agar dapat hasil yang adil sekaligus terbuka. Kini, Memet sedang berkonsultasi dengan kuasa hukum miliknya.

"Minggu depan saya akan meeting dengan lawyer saya. Langkah apa yang akan kita ambil berikutnya, nanti dikabarkan lagi," katanya.

Sebelumnya, Stellantis selaku pabrikan otomotif global yang dibentuk dari merger perusahaan Italia bersama Amerika, Fiat Chrysler Automobiles (FCA) dan PSA Group telah merilis hasil investigasi mengenai kecelakaan tunggal yang dialami Memet dua bulan lalu.

Berdasarkan investigasi teknis, mereka tidak bertanggung jawab dalam insiden tersebut karena tak ditemukan kesalahan manufaktur meski airbag gagal untuk mengembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.

"Tidak ada tanggung jawab manufaktur yang ditemukan dalam insiden ini. Seat belt yang merupakan Safety Restraint System utama menjadi sistem penahan keamanan utama pada saat kejadian," kata COO PT DAS Dhani Yahya mengutip pernyataan resmi prinsipal.

Adapun alasan airbag tidak mengembang karena laju perlambatan yang diperlukan untuk mengaktifkannya tidak terpenuhi. Meski demikian, pengaman lainnya seperti sabuk pengaman tetap berkerja maksimal meredam benturan.

Area tabrakan berada di bagian atas dari area fokus sensor tersebut berkerja, dengan energi benturan yang dihamburkan oleh berbagai struktur lembaran logam. Oleh karena itu, laju perlambatan yang diperlukan untuk mengaktifkan airbag system tidak terpenuhi.

"Dengan temuan ini, kami harap pertanyaan penyebab insiden sudah dapat terjawab dan sekali lagi kami sangat bersimpati atas insiden terkait. Kami siap membantu konsumen untuk memperbaiki kendaraan sampai selesai," ujar Dhani lagi.

https://otomotif.kompas.com/read/2021/09/17/150100015/disebut-tak-ada-cacat-produksi-ini-tanggapan-mantan-bos-jeep-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke