JAKARTA, KOMPAS.com – Mengikuti jejak pabrikan otomotif lainnya, Subaru akhirnya mengumumkan untuk menghentikan sementara aktivitas produksi semua pabrik di Jepang karena kelangkaan cip semikonduktor.
Menurut laporan Carscoops (3/9/2021), ada tiga pabrik yang terdampak, yakni pabrik Gunma dan Yajima yang memproduksi berbagai mobil. Kemudian pabrik Oizuma yang menyiapkan mesin dan transmisi.
Kabarnya, ketiga pabrik tersebut akan ditutup selama empat hari kerja mulai 7 September. Ini bukan pertama kalinya Subaru melakukan tindakan seperti itu, sebelumnya pabrikan asal Jepang ini menutup pabrik Yajima pada April lalu selama 13 hari.
Walau demikian, Subaru belum bisa memprediksi kerugian akibat dari penutupan pabrik ini. Begitu juga dengan fasilitas produksi di negara lain apakah kena dampak atau tidak.
Untuk diketahui, Subaru bukan satu-satunya produsen mobil yang terus terkena dampak kelangkaan semikonduktor.
Toyota beberapa waktu lalu telah mengumumkan pengurangan produksi sebesar 40 persen pada akhir bulan ini karena kekurangan cip.
Secara total, Toyota akan menghentikan 15 pabrik produksi di Jepang selama bulan September. Artinya kapasitas produksi Toyota tingga bersisa 140.000 unit lebih sedikit.
Selain Toyota dan Subaru, Maruti Suzuki di India juga telah mengumumkan pengurangan produksi hingga 60 persen pada bulan ini.
Menanggapi hal ini, Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan, untuk keluar dari krisis pabrikan besar harus turun tangan membuat pabrik semikonduktor sendiri.
“Ini masalah besar sebenarnya, produsen berusaha diam, karena mereka enggak punya jawaban. Tapi kalau industri otomotif besar seperti Toyota Motor Corporation mau bikin, bisa kalau dia mau,” ujar Martinus, kepada Kompas.com (3/9/2021).
Menurutnya, pembangunan pabrik semikonduktor setidaknya butuh waktu dua tahun, dari bangun pabrik sampai produksi berjalan.
“Tapi selama dua tahun itu masa enggak produksi mobil? Walaupun suplai cip sudah diamankan, kita enggak tahu apakah bisa sampai enam bulan atau sembilan bulan, karena enggak mungkin sampai dua tahun,” ucap Martinus.
“Menurut saya hanya tahan beberapa bulan saja. Karena produsen Jepang pada prinsipnya menghindari penumpukan stok terlalu banyak. Semua harus tepat waktu, itu manajemen khas Jepang. Jadi lean, enggak ada gudang stok yang terlalu banyak,” tuturnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/09/03/182100615/kelangkaan-cip-semikonduktor-bikin-subaru-tutup-pabrik-sementara