JAKARTA, KOMPAS.com – Mobil listrik telah menjadi keniscayaan dalam dunia otomotif. Lambat laun mesin bakar internal bakal tergantikan dengan motor listrik yang mengambil daya dari baterai.
Namun krisis cip semikonduktor yang terjadi secara global bisa memperlambat penertrasi mobil listrik, khususnya di negara-negara yang masih sedikit populasinya seperti Indonesia.
Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan, krisis cip diprediksi akan berlangsung sampai 2023.
Selama periode itu produksi otomotif bakal terganggu. Bukan hanya inden, tapi jalur produksi akan berhenti jika pasokan cip sudah mencapai batasnya.
Kondisi ini jelas berdampak pada produksi mobil listrik, yang butuh cip semikonduktor lebih banyak ketimbang mobil konvensional.
“Komponen kecil-kecil yang satuannya murah itu sekarang jadi barang langka,” ujar Martinus, kepada Kompas.com (3/9/2021).
“Sekarang mereka tinggal menghabiskan stok. Atau mereka ada yang sudah kontrak dengan industri otomotif, tinggal menghabiskan itu aja,” kata dia.
Menurutnya, industri otomotif tidak sadar bahwa barang yang dianggap remeh itu sudah diambil semua oleh industri elektronik. Hal ini terjadi ketika permintaan barang elektronik meningkat sejak awal pandemi.
“Sekarang giliran mereka mau ambil, industrinya kan sudah di-booking semua dalam jangka panjang, mungkin sekitar satu atau dua tahun oleh industri elektronik,” ucap Martinus.
Martinus mengatakan, dalam satu mobil ICE (bermotor bakar seperti mobil bensin atau diesel) dapat menggunakan 500 hingga 1.500 cip semikonduktor, tergantung pada kerumitan sistem elektronik yang dipasangkan pada kendaraan tersebut.
“Makin mahal kelas kendaraannya makin banyak cip yang ditanamkan, demi meningkatkan kenyamanan pengoperasian seluruh sistem kelistrikan dan pengendalian kendaraan,” kata Martinus.
“Sedangkan mobil listrik dapat mencapai lebih dari 3.500 chip semikonduktor. Artinya, kelangkaaan yang akan memakan waktu sekitar dua tahunan ini berpotensi memperlambat proses produksi seluruh kendaraan termasuk kendaraan listrik,” tuturnya.
Ia menambahkan, harga satuan cip semikonduktor mungkin tergolong murah. Tapi jika dikumpulkan semua, dalam satu mobil jumlahnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
“Contoh mobil sekarang kan sudah digital semua, mulai dari layar MID, power window, AC digital, sampai lampu sein itu pakai cip semua,” ujar Martinus.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/09/03/174100315/krisis-cip-semikonduktor-bakal-memperlambat-penetrasi-mobil-listrik