JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan berkendara irit, pemilik mobil tak hanya menghemat pengeluaran membeli bahan bakar, tapi juga berpartisipasi menjaga lingkungan. Pasalnya, salah satu faktor besar yang mempengaruhi gas buang kendaraan adalah cara mengemudi.
Nah, untuk itu penting pemilik mobil menerapkan teknik berkendara eco driving. Tujuan utamanya adalah mengejar efisiensi dengan mengoptimalkan konsumsi bahan bakar dari kendaraan.
Tak sekadar ramah lingkungan saja, dengan berkendara eco driving, pemilik mobil punya banyak keuntungan lain. Mulai dari menghemat waktu dan biaya sampai mengurangi potensi kecelakaan.
"Teknik eco driving juga merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang usia pakai kendaraan, karena kinerjanya tidak dipaksakan," kata Hariadi Asst. to Service Dept. Head PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Jumat (30/7/2021).
Menurut Hariadi, ada tiga faktor yang yang mempengaruhi eco driving, yakni pengemudi, kondisi mobil, serta lingkungan. Sedangkan untuk memaksimal penggunaan bahan bakar, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yakni ;
1. Waktu, rute dan tujuan perjalanan
Hal ini berkaitan dengan manajemen perjalanan, yakni mengkalkulasi waktu berkendara dengan memperhatikan rute agar terhindar dari kemacetan. Karena bila dihadapkan dengan kondisi jalan macet, otomatis mobil akan sering melakukan stop and go yang berpotensi membuat boros.
Tak hanya itu, dalam mengestimasi waktu berkendara, pengemudi juga harus menyediakan waktu lebih guna mengantisipasi adanya kejadian tak terduga di perjalanan.
2. Cara mengemudi
Faktor yang ini juga cukup memberikan dampak, karena mengemudi secara agresif memicu penggunaan bahan bakar lebih banyak yang berujung pada pemborosan.
Dalam eco driving, guna mencapai putaran maksimum pengemudi harus kalem menekan pedal gas dan segera memindahkan tuas transmisi ke gigi lebih tinggi untuk manual.
Menurut Hariadi, idealnya pengendara menjaga putaran mesin di kisaran 2.000 sampai 3.000 rpm. Bila memindahkan lebih dari itu, maka putaran mesin menjadi terlalu tinggi sehingga bahan bakar lebih boros.
Hariadi menjelaskan, pengemudi harus memanfaatkan momentum akselerasi saat bertemu medan tanjakan dan gunakan engine break ketika jalan menurun. Akselerasi tinggi hanya menyebabkan konsumsi bahan bakar berlebih, begitu pula ketika akan mengerem, harus memperhitungkan jarak sekitar 3 detik dengan menekan pedal secara halus disertai engine brake.
"Selain itu, gunakan kecepatan ideal kendaraan dengan konstan sekitar 60-70 kpj untuk menghasilkan efisiensi bahan bakar," kata Hariadi.
3. Bahan bakar dan ban
Hal ini juga kerap disepelekan, padahal penggunaan bahan bakar yang baik adalah yang sesuai anjuran, yakni tanpa timbal. Karena dengan demikian mampu menekan polusi dari gas buang kendaraan, sehingga ramah untuk lingkungan sekitar.
Ban mobil juga berkontribusi mendukung teknik eco driving. Hariadi mengatakan untuk memiliki ban bertipe hambatan guling atau rolling resistance yang rendah. Ban dengan tekanan angin yang kurang juga memperlambat roda bergulir, sehingga membutuhkan tenaga yang besar.
Faktor lain yang ikut berpengaruh adalah pendigin udara alias AC, pastikan penggunaanya pada suhu idel ruang kabin sekitar 20-23 derajat celcius. Jangan menggunakan suhu maksimal.
4. Perawatan kendaraan
Merawat kendaraan di bengkel resmi untuk menjaga performa mesin serta komponen lain agar tetap prima, juga diklaim berperan dalam eco driving. Selain itu, dengan melakukan perawatan berkala secara rutin dengan mengikuti ritme yang servis yang telah dijadwalkan juga berguna untuk menjaga garansi mobil.
Lebih lanjut Hariadi menjelaskan, teknis eco driving bisa mengoptimalkan efisiensi bahan bakar sehingga mengurangi tingkat polusi serta lebih ramah lingkungan.
"Gaya dan teknik yang diterapkan juga terbukti mengurangi risiko kecelakaan di jalan, untuk itu eco driving disarankan untuk dapat memaksimalkan fungsi kendaraan serta menjaga keamanan dan kenyamanan pengemudi," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/07/31/102200315/efek-samping-berkendara-eco-driving