JAKARTA, KOMPAS.com - MotoGP dimulai sejak 2002 hingga sekarang. Sebelumnya, kelas utama masih menggunakan motor balap 2-tak dengan kapasitas 500 cc.
Meski hampir dua dekade sejak era 2-tak digantikan oleh MotoGP yang menggunakan motor 4-tak, tapi kelas tersebut masih membuat banyak penggemar dan para pebalap terkesima.
"Saya cukup beruntung bisa memenangi gelar juara dunia 500 cc terakhir dan gelar MotoGP pertama, ini adalah salah satu sorotan dalam karir saya," ujar Valentino Rossi, dikutip dari Speedweek.com, Selasa (27/7/2021).
Rossi yang sudah meraih sembilan kali gelar juara dunia merupakan salah satu dari sedikit pebalap yang merasakan balapan di dua era tersebut.
"Sekarang, motor MotoGP memiliki banyak elektronik, sehingga lebih mudah untuk membuka gas. Dengan motor 500 cc, kami tidak memiliki elektronik, Anda yang lebih mengontrolnya," kata Rossi.
Alex Criville, juara dunia 500 cc pada 1999, mengatakan, top speed motor saat itu hanya 320 km/jam dan dirinya sudah terkesima dengan itu.
"Ketika Anda membuka gas, ada dua kali lipat tenaga dibandingkan motor 250 cc. Itu tidak mudah untuk dikendalikan," ujar Alex.
Mick Doohan, lima kali juara dunia 500 cc, mengatakan, motor balap di era tersebut ibarat monster liar yang cantik.
"Anda harus mengendarai motor dengan putaran mesin di rentang 3.000 rpm atau 4.000 rpm. Jika tidak, Anda berada di zona bahaya, dan Anda lihat pebalap lain terbang ke udara. Tidak ada kontrol traksi saat itu," kata Doohan.
Loris Capirossi, yang sekarang menjadi bagian dari Safety Advisor untuk Dorna Sports, mengatakan, dirinya saat itu sering kali mengalami highside.
"Jika Anda membuat kesalahan paling kecil, Anda akan terbang ke bulan dengan motor 500 cc," ujar Capirossi.
Menurut Simon Crafar, pensiunan pebalap yang sekarang menjadi reporter MotoGP, mengatakan, motor balap 500 cc sangat ringan. Sehingga, sulit sekali untuk merasakan limit motor.
"Sebagai tambahan, tenaga dalam rentang putaran mesin yang sempit ini sangat brutal. Dengan motor 500 cc, Anda memiliki semuanya di tangan, apa yang Anda lakukan di sana terjadi, dan itu adalah tanggung jawab besar," kata Simon.
Carlos Checa, yang juga merasakan era MotoGP hingga 2007, mengatakan, dirinya sangat berhati-hati ketika membuka gas, khususnya pada saat kondisi trek basah.
"Ketika grip tidak begitu bagus atau pada beberapa lap pertama ketika ban belum mencapai temperaturnya," ujar Checa.
Max Biaggi, mengatakan, momen tersulit adalah pada saat membuka gas ketika motor dalam kemiringan maksimum atau saat mengendalikan motor ketika kondisi grip tidak begitu bagus.
"Sekali Anda merasakan feeling tersebut, Anda bisa kuat di trek mana pun dan di semua kondisi," kata Biaggi.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/07/27/110200315/pebalap-veteran-cerita-suka-duka-motor-balap-500-cc-2-tak