JAKARTA, KOMPAS.com – Kejadian tabrak lari kerap terjadi di sejumlah kota besar. Usai kejadian biasanya pelaku langsung dikerumuni warga di sekitar lokasi kecelakaan. Tak jarang pelaku kabur karena panik.
Seperti yang terjadi di Bandung, Minggu (11/7/2021), Toyota Vios dikejar sejumlah pengendara karena diduga hendak kabur usai menabrak sepeda motor.
Hal ini terjadi lantaran pelaku telah diminta untuk berhenti, namun pengendara Vios tersebut tidak mempedulikan peringatan tersebut.
Meski begitu, mobil terus berjalan dengan cepat, bahkan bermanuver zig-zag, sampai akhirnya berhenti karena ada kemacetan di depan.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), mengatakan, masyarakat yang menyaksikan peristiwa tabrak lari tidak perlu melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri.
“Pelaku tabrak lari enggak perlu ekstrem dilakukan tindakan pencegahan. Cukup catat nomor polisi, laporkan atau ikuti saja arahnya sampai tujuan,” ujar Sony, kepada Kompas.com (13/7/2021).
Menurut Sony, cara-cara yang dilakukan di video viral yang tersebar di media sosial itu sangat berbahaya.
Pertama, orang yang lompat ke mobil itu bisa kena kontak langsung dengan pecahan kaca. Kedua, besar kemungkinan orang tersebut terpental jika tidak berpegangan erat.
“Karena orang yang melarikan diri itu sifatnya panik, mengemudi tidak terkontrol. Jadi jangan melakukan tindakan pencegahan tapi justru berujung cidera,” ucap Sony.
“Artinya perlu dikejar tidak? Dikejar boleh, tapi tidak menyerempet bahaya,” kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/07/14/104200515/jadi-saksi-tabrak-lari-di-jalan-apa-yang-harus-dilakukan