JAKARTA, KOMPAS.com – Mobil bertransmisi otomatis tidak bisa melakukan engine brake seperti halnya yang dilakukan mobil manual. Hal ini yang membuat mobil matik hanya mengandalkan rem untuk menurunkan kecepatan.
Jika mobil manual dapat menurunkan gigi kapanpun dan ke posisi gigi berapapun, mobil matik harus diturunkan berurutan ke posisi 3, 2, dan seterusnya secara perlahan.
Kondisi ini membuat kampas rem mobil matik cenderung lebih cepat habis, karena bakal lebih sering digunakan.
Dengan kondisi ini, benarkah mobil transmisi otomatis lebih rawan mengalami rem blong?
Didi Ahadi, Dealer Technical Support Dept Head PT Toyota Astra Motor (TAM), mengatakan, mobil matik yang mengalami rem blong disebabkan karena pengemudi terlalu sering menginjak pedal rem.
Perilaku ini membuat sistem pengereman bekerja secara berlebihan. Efeknya adalah terjadi panas sehingga timbul vapor lock yaitu minyak rem mendidih.
“Terlalu sering menggunakan rem pada mobil matik bisa menyebabkan timbul uap air pada saluran sistem pengereman, sehingga rem ada udaranya atau blong,” ujar Didi kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Ia juga mengatakan, selama ini banyak pengemudi yang belum paham mengenai cara menggunakan engine brake pada mobil matik.
Alhasil, pengemudi lebih sering menggunakan rem untuk menahan laju kendaraannya dibandingkan harus memindahkan transmisi lebih rendah.
“Mungkin masih banyak pengguna yang belum tahu cara membantu pengereman dengan engine brake di matik. Kalau jalan menurun, untuk mobil matik pindahkan gigi ke lebih rendah, sehingga pengereman bisa dibantu dengan mesin atau engine brake,” kata Didi.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/06/30/151200015/mitos-atau-fakta-mobil-transmisi-otomatis-lebih-rawan-mengalami-rem-blong-