JAKARTA, KOMPAS.com – Penjualan mobil listrik saat ini masih terbilang sedikit dibandingkan mobil bermesin konvensional. Namun, ada sejumlah faktor yang membuat penjualan mobil listrik bisa meningkat.
Makmur, Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), mengatakan, hal utama yang mendorong penjualan mobil listrik adalah kebijakan dan peraturan dari pemerintah.
“Ini merupakan insentif-insentif yang sangat baik dan men-support masyarakat kita semuanya,” ujar Makmur, dalam webinar Prospek dan Tantangan Industri Baterai Nasional yang disiarkan Youtube UI Teve (24/6/2021).
Menurutnya, dasar dari penjualan EV (Electric Vehicle) dimulai waktu pemerintah mengeluarkan aturan PP 55/2019.
Aturan ini berisi percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan. Kemudian diberikan juga insentif tambahan PP 73/2019, tentang adanya PPnBM 0 persen.
Tak ketinggalan keringanan biaya PKB dan BBN-KB hanya 10 persen dari tarif normal sesuai dengan PM 8/2020 dan PM 1/2021. Serta kebijakan pengadaan SPKLU dalam PM 13/2020).
“Ini sangat berkontribusi besar. Karena harga EV rata-rata di atas Rp 1 miliar. Dengan adanya kontribusi PPnBM 0 persen ini makanya itu juga mendorong penjualan EV di Indonesia.
Sehingga Hyundai juga berterima kasih, di sini bisa memberikan harga yang kompetitif,” kata dia.
“Jadi ini merupakan insentif pajak yang diberikan pemerintah sangat besar, memberikan kontribusi untuk harga yang kompetitif,” ujar Makmur.
Belum lagi aturan khusus pemakai EV di Jakarta, di mana konsumen EV mendapatkan bebas ganjil genap (Pergub 88/2019) dan juga BBN-KB menjadi 0 persen (Pergub 3/2020).
“Yang kedua memang perlu adanya memberikan mindset yang positif dan juga persepsi bagi masyarakat kita. Dan terakhir tentu baterai dan fasilitas infrastruktur adalah suatu hal yang memberi kontribusi yang besar untuk kesuksesan EV ada di Indonesia,” kata Makmur.
Makmur menambahkan, kebiasaan konsumen mobil listrik juga harus diubah. Jika dipakai sehari-hari, mobil listrik harus di-charge ketika sampai rumah atau sewaktu malam, seperti kita menggunakan ponsel.
Hal yang terakhir adalah bagaimana mobil listrik bisa dipakai berkendara jarak jauh. Di mana hal tersebut dapat terjadi ketika SPKLU sudah tersebar merata.
“Di sini yang menjadi challenge kita, bagaimana agar mobil ini bisa menjadi sesuatu yang umum digunakan antar kota. Yaitu untuk jarak lebih dari 300 km, ini merupakan challenge bagi kita,” ujar Makmur.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/06/25/150100215/mobil-listrik-mau-laris-di-indonesia-ini-kata-hyundai