JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar kendaraan bermotor listrik di dalam negeri tengah mengalami perkembangan yang positif seiring dengan hadirnya berbagai aspek pendukung seperti kebijakan pemerintah dan infrastruktur.
Meski belum bisa berakselerasi secara signifikan, hal tersebut jadi poin penting untuk terus mendorong sekaligus mengedukasi terkait penggunaan kendaraan listrik di kehidupan bermasyarakat.
Hanya saja bagi individu yang ingin membeli kendaraan listrik lewat perusahaan pembiayaan atau secara kredit, saat ini masih terbatas. Sebab masih sedikit yang memiliki rumusan skema pembiayaannya.
"Menakar resale value dari kendaraan listrik itu cukup sulit, sementara hal tersebut menjadi salah satu faktor pembiayaan," kata Direktur Portfolio Adira Finance Harry Latif, di Jakarta belum lama ini.
"Kita tahu bahwa 25-35 persen komponen penting di kendaraan itu adalah baterai. Sementara kapasitas dan durabilitas baterai beda-beda tiap merek jadi harus dihitung dengan komperhensif," lanjut dia.
Hanya saja untuk konsumen borongan atau fleet, pihak Adira sudah bisa memperkirakan skema pembiayaan terbaik yang dapat dipilih. Karena, sudah ada perusahaan terkait yang melakukannya.
"Kalau fleet dari kualitas baterai (berapa tahun bisa digunakan) dan keseriusan mereka untuk berbisnis. Ini khusus roda dua, kalau mobil mungkin akan sedikit berbeda pertimbangannya," ujar Latif.
Dalam kesempatan sama, ia menyebut bahwa perkembangan motor listrik baru yang didistribusikan ke konsumen tiap bulannya saat ini cukup stabil.
Tetapi, kuantitasnya masih minim yaitu 1-3 unit. Sedangkan untuk mobil lebih kecil lagi bahkan tidak menentu. Artinya, tidak selalu ada penjualan di tiap bulannya.
"Mengenai perkiraan motor listrik bisa populer di Indonesia, kita tak bisa memprediksinya namun jika mengacu riset-riset yang ada mungkin lima tahun ke depan," ucap dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/06/10/172100015/leasing-sulit-kasih-kredit-kendaraan-listrik