JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati tidak menampik bahwa pengawasan terhadap moda transportasi darat menjadi salah satu tantangan terbesar selama periode larangan mudik Lebaran, 6-17 Mei 2021.
Pasalnya, masih banyak pemudik dengan mobil dan sepeda motor yang nekat mengambil celah agar lolos di titik-titik penyekatan. Padahal, risiko yang bakal diterimanya besar, seperti menyebarkan virus corona.
"Sampai hari ini saja, kita sudah catat ada, khususnya kendaraan pribadi (mobil) dan sepeda motor lebih dari 138.000 per hari yang keluar wilayah Jakarta," kata dia dalam diskusi virtual, Selasa (11/5/2021).
Adita mengatakan, pemudik yang menggunakan sepeda motor paling banyak keluar dari titik penyekatan dan sebagian dari mereka ada yang tidak memenuhi syarat untuk melakukan mudik.
"Sebagian itu adalah pihak-pihak yang mengeyel, sebagian sudah diputarbalikkan karena mereka tak penuhi syarat, tapi ya memang masih ada saja yang bersikeras," ujarnya.
Sementara mobilitas masyarakat yang menggunakan moda transportasi udara, laut, dan kereta api dalam periode sama, menurut data dia, telah menunjukkan penurunan sebesar 77 persen.
Adapun mobilitas menggunakan transportasi pesawat turun sebesar 93 persen dan kereta api sebesar 88 persen.
"Artinya, apa yang jadi ketentuan itu sudah dipatuhi kalau kita bicara kereta, pesawat sama kapal laut atau kapal-kapal penyebaran," ujar Adita.
Melihat kondisi ini, pemerintah akan mendirikan posko pemeriksaan Covid-19 d setiap titik penyekatan secara acak sebagai upaya untuk mengendalikan pemudik.
Di samping itu, adanya penyekatan berganda dan buka tutup jalur di ruas tol tertentu yang sejalan diskresi Korlantas Polri serta operator.
"Ada random testing di beberapa titik, tapi setidaknya dapat men-screening orang-orang yang melakukan perjalanan. Nah, ini upaya meminimalisir orang-orang yang bersikeras dan ngeyel tadi," kata Adita.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/05/12/044200015/masih-ratusan-ribu-pemudik-yang-mengeyel-terobos-pos-penyekatan