JAKARTA, KOMPAS.com – Mengemudikan truk dan bus di Indonesia biasanya memiliki jarak tempuh hingga ratusan kilometer. Kondisi jarak tempuh yang panjang kerap membuat para pengemudi kendaraan niaga, baik bus maupun truk, merasa kelelahan saat sedang bertugas.
Tentu saja kondisi pengemudi yang kelelahan ini berbahaya. Pasalnya, bus atau truk yang dikemudikannya rawan celaka. Dimensi truk dan bus yang besar juga berpotensi punya daya rusak hebat, apalagi kalau terlibat dengan kendaraan pribadi, seperti mobil, motor, sepeda, atau pejalan kaki.
Atas alasan ini, pemerintah lewat Kementerian Perhubungan lantas berinisiasi melakukan upaya pencegahan pengemudi kelelahan. Upaya ini dilakukan agar angka kecelakaan truk dan bus karena pengemudi kelelahan bisa berkurang di jalan raya.
Direktur Angkutan Jalan Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Ahmad Yani mengatakan, untuk melihat dan menjaga kelelahan pengemudi, telah dibuatkan sebuah sistem aplikasi dan sedang dalam uji coba.
“Memang ini belum semua dipakai, sistem ini pertama kali saya gunakan di Teman Bus sebagai uji coba dengan nama e-Logbook. Nanti semua pengemudi dari berbagai angkutan harus mendaftar ke e-Logbook,” ucap Ahmad dalam Webinar Sinergi Pemerintah dan Operator dalam Mewujudkan Angkutan yang Berkeselamatan, Selasa (20/4/2021).
Ahmad menjelaskan, ketika semua pengemudi daftar pada aplikasi e-Logbook, maka diklaim akan mendapatkan keuntungan berupa manajemen perusahaan. Nantinya, manajemen akan tahu tingkat kelelahan pengemudi angkutan.
“Manajemen perusahaan akan tahu sudah berapa jam, apakah kondisi pengemudinya baik. Ini kami buat dalam bentuk aplikasi, nanti saya akan report semua hasilnya setelah kita uji coba,” kata Ahmad.
Setelah Teman Bus, aplikasi e-Logbook akan diuji coba ke angkutan antar negara. Kemudian, penggantian pengemudi juga penting, jangan sampai pengemudi hanya satu orang jika jaraknya jauh, harus ada dua.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/04/21/100200015/upaya-aplikasi-mengurangi-kecelakaan-bus-karena-pengemudi-kelelahan