JAKARTA, KOMPAS.com - Bertualang merupakan kegiatan yang dapat memacu adrenalin. Tapi, kegiatan ini juga memiliki banyak nilai positifnya.
Layaknya kegiatan yang beberapa waktu lalu dilakukan oleh Ibnu Jamil dan kawan-kawannya dari Serigala Rider. Lima orang ini menempuh perjalanan ke daerah terisolir di pedalaman hutan Kalimantan Utara.
Perjalanan tersebut sangat penuh risiko, karena belum ada orang dari luar Kalimantan yang pernah menginjakkan kakinya di sana, khususnya lewat perjalanan darat menggunakan kendaraan bermotor.
Perjalanan darat ke Krayan dari Malinau ini dilakukan dengan motor trail. Dalam perjalanan tersebut, Ibnu dan empat sahabat bahkan sempat hilang kontak dengan dunia luar selama enam hari, karena tidak ada sinyal di tengah hutan tersebut.
“Kata Pemerintah melalui media, Krayan sudah memiliki jalan darat. Itu yang kami baca. Bahkan katanya, jalan itu sudah bisa dilalui kendaraan bermotor sejak akhir 2020,” ujar Ibnu, kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (31/3/2021).
Ibnu menambahkan, Krayan menjadi pilihan karena merupakan permintaan dari followers-nya di media sosial. Saat itu, dia sedang Live Instagram dan disambut pemuda dari Kalimantan.
"Dia meminta saya ke Krayan melalui jalur darat. Dari situ tim mengevaluasi tentang kemungkinan kami bisa menembusnya,” kata Ibnu.
Namun pada kenyataannya, Ibnu menambahkan, jalur di dalam hutan pegunungan menuju Krayan belum sepenuhnya bisa disebut sebagai jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor. Jalur yang tersedia masih jalur tanah atau off-road.
Beberapa titik sangat ekstrem dan mustahil dilalui kendaraan, terlebih roda empat. Selama ini, untuk menuju Krayan hanya melalui jalur udara, seperti kebanyakan daerah di Papua.
Ibnu dan tim mengaku setiap orang yang ingin menembus Krayan melalui jalur darat perlu mengerahkan kemampuan berkendara, tenaga, keberanian, dan mental kuat.
“Skill dan tenaga saja tidak cukup untuk melalui jalur darat Manilau-Krayan. Terlebih bagi orang luar seperti kami. Bayangkan, untuk jarak sekitar 200 kilometer kami membutuhkan waktu lima malam enam hari. Tanpa ada mekanik di dalam tim, mustahil kami mampu menembusnya,” ujar Ibnu.
Dalam perjalanan ini, Ibnu dan timnya mengandalkan motor trail berkapasitas 150 cc. Sebab, bobotnya tidak terlalu berat, masih cukup tangguh, dan irit konsumsi bahan bakarnya. Ibnu dan timnya juga harus membawa 50 liter bensin yang dikumpulkannya dari daerah setempat dengan cara dicicil.
"Di sana itu tidak ada pom bensin. Jadi, adanya jual bensin eceran, itu pun jualnya tidak banyak. Kita harus mengumpulkan bensin dari beberapa tempat selama beberapa hari," ujar Ibnu.
Petualangannya ini didokumentasikan dalam video dokumenter yang diunggah pada YouTube Jamilo's Journey. Sebab, masih banyak orang yang belum mengetahui informasi tentang Krayan, apalagi kondisi jalur darat yang katanya sudah tersedia.
"Karena itu, kami ingin menceritakan tentang keberadaan Krayan untuk Indonesia," kata Ibnu.
Ibnu mengatakan, baru segelintir orang yang merasakan perihnya jalur darat Malinau ke Krayan atau sebaliknya. Jangankan orang dari luar Kalimantan, orang-orang dari Kabupaten Malinau dan Nunukan saja tidak banyak yang tahu tentang adanya jalan darat di sana.
“Kami sempat bertemu dengan orang kampung Paking, dan pemuda asal Malinau yang sedang berburu di dalam hutan. Mereka saja mengaku tidak berani melalui jalur tersebut karena dianggap sebagai jalur mematikan,” ujar Ibnu.
Menurutnya, di aplikasi Google Maps pun tidak ada rutenya. Bahkan, tidak terlihat juga jejak jalan di dalam hutan tersebut. Sekali salah membaca jalur, bisa-bisa mengikuti aliran sungai.
Beruntung Ibnu dan tim Serigala Rider mampu menembus Lokasi Binuang yang menjadi desa pertama di wilayah Krayan Tengah setelah nyaris kehabisan logistik. Bahkan, dua hari setelah itu, Ibnu dan tim mengunjungi perbatasan Indonesia-Malaysia di Long Midang.
Untuk diketahui, jalan aspal di Long Midang adalah tempat di mana Presiden RI Joko Widodo pernah berkunjung sambil mengendarai sepeda motor pada 19 Desember 2019.
“Entah berapa belas, atau mungkin puluhan gunung yang harus kami hadapi sebelum sampai di Binuang. Anak sungai yang kami terjang tidak terhitung jumlahnya,” kata Ibnu.
Kedatangan Ibnu di sana juga sontak membuat geger warga di lima kecamatan di wilayah Krayan yang akan berubah menjadi kabupaten ini. Kedatangan artis ibukota tersebut dianggap sebagai sesuatu mukjizat, sekaligus buah dari doa.
Ibnu mengatakan, Ketua Adat Besar Krayan Darat (Induk) M. Rining Liang meminta tolong untuk menyampaikan cerita apa yang telah Ibnu dan timnya lihat di sepanjang perjalanan.
Pejabat pemerintah daerah Krayan dan warga yang ditemui juga mengungkapkan hal yang sama. Sejak pandemi Covid-19, kondisi kehidupan di Krayan sangat berat. Harga barang dan kebutuhan pokok yang selama ini diperoleh dari Malaysia tidak lagi bisa dipasok. Pintu perbatasan Indonesia-Malasyia di Long Midang ditutup.
Dengan begitu, harga-harga barang menjadi sangat mahal. Sebab, semua kebutuhan sekarang ini harus diterbangkan dengan ongkos mahal dari Indonesia.
Ibnu sendiri berharap kisah perjalanan bersama timnya itu bisa sampai ke pejabat pemerintah yang berwenang dan membantu membuka jalan di Krayan ke Malinau.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/04/01/080200815/cerita-ibnu-jamil-bertualang-di-krayan-hutan-kalimantan-utara