JAKARTA, KOMPAS.com – Kecelakaan bus di Indonesia memang kerap terjadi. Salah satu kecelakaan paling parah di 2021 yaitu terperosoknya bus besar ke jurang di Tanjakan Cae, Kabupaten Sumedang pada 11 Maret.
Indikasi sementara penyebab kecelakaan ini ada di kesalahan pengoperasian yang dilakukan pengemudi sehingga bus hilang kendali.
Selain kecelakaan yang terjadi di Sumedang, banyak juga yang disebabkan human error.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Soerjanto Tjahjono mengatakan, banyak kecelakaan bus yang disebabkan pemahaman yang keliru dan fatal dari pengemudi bus.
“Banyak pengemudi yang ngomong, kalau memakai exhaust brake membuat solar boros dan membuat mesin gampang rusak, ini pengertian yang salah,” ucap Soerjanto dalam acara Accident Review Forum “Keselamatan Kelistrikan Mobil Bus”, Kamis (18/3/2021).
Sehingga pengemudi bus memakai gigi tinggi untuk mengirit solar dan mengandalkan rem utama atau service brake.
Kemudian jika bertemu jalan menurun yang panjang, bus kehabisan angin dan terjadi brake fading.
“Pengemudi enggak tahu hal tersebut jadi tidak mau memakai exhaust brake untuk tambahan pengereman ketika jalan turunan panjang,” kata Soerjanto.
Kemudian ada juga pemahaman yang salah soal pengereman Anti-lock Braking System (ABS). Banyak pengemudi yang mengatakan kalau bus dengan rem ABS lebih pakem daripada yang non-ABS, lagi-lagi ini pemahaman yang terbalik.
“Justru dengan ABS jarak pengereman akan lebih panjang. Keuntungan ABS adalah ban tidak mengunci sehingga masih bisa disetir. Tapi banyak pengemudi yang sering menempel di jalan tol dalam kecepatan tinggi karena merasa aman memakai rem ABS,” ucapnya.
Soerjanto memohon kepada PO bus maupun ATPM memberikan pelatihan kepada para pengemudi agar tidak salah dalam pengoperasian kendaraan. Sehingga pengetahuan pengemudi bisa bertambah dan bisa mengemudi lebih aman.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/03/18/203100315/salah-kaprah-pengemudi-bus-yang-berujung-celaka