JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah tengah mendorong penjualan mobil baru sekaligus pemulihan ekonomi nasional dengan meluncurkan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 0 persen untuk mobil baru yang resmi berlaku 1 Maret 2021.
Menteri Keuangan Sri Mulyani, mengatakan, bagi masyarakat yang ingin membeli mobil, jangka waktu tiga bulan ke depan adalah waktu terbaik.
"Jadi kalau mau beli mobil, baiknya sekarang sampai Mei. Karena PPnBM-nya 100 persen ditanggung pemerintah," ujar Sri Mulyani, dalam konferensi virtual pada Senin (1/3/2021).
Untuk diketahui, pemberian insentif PPnBM ini terbagi dalam tiga periode. Masing-masing periode, yang terdiri dari 3 bulan, memiliki jumlah potongan PPnBM yang berbeda.
Tahap pertama akan diberikan insentif PPnBM sebesar 100 persen dari tarif atau PPnBM 0 persen. Periode ini jadi yang paling menguntungkan karena jumlah potongan harganya paling besar.
Kemudian diikuti insentif PPnBM sebesar 50 persen dari tarif yang akan diberikan pada tahap kedua. Dan pada tahap ketiga pemerintah berikan insentif PPnBM 25 persen dari tarif.
Dengan sejumlah kemudahan buat konsumen, apakah sekarang jadi waktu yang tepat untuk membeli mobil?
Aidil Akbar Madjid, Chairman dan Presiden Asosiasi Perencana Keuangan IARFC (International Association of Register Financial Consultant) Indonesia, mengatakan, konsumen harus benar-benar mempertimbangkan untung rugi sebelum membeli mobil pada masa pandemi.
Sebab skema aturan yang diberikan pemerintah, menurutnya ditujukan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Di mana kondisi ekonomi mereka belum kondusif karena pandemi.
“Pemerintah memberikan stimulus agar masyarakat belanja, untuk mendorong perekonomian, masalahnya kondisi belum kondusif. Saran saya jangan dulu,” ujar Aidil, kepada Kompas.com (1/3/2021).
Perencana keuangan senior ini berpendapat, kondisi pandemi belum usai dan vaksin belum memberikan bukti. Kalau masyarakat membelanjakan uangnya untuk membeli mobil, maka cadangan dana mereka berisiko habis.
“Tapi kalau membeli mobil baru jadi keinginan mereka, pilihlah mobil yang bisa mendukung sebuah bisnis atau usaha, misalnya untuk rental, taksi online, dan sebagainya,” ucap Aidil.
“Karena dalam kondisi sekarang belum saatnya masyarakat menghambur-hamburkan uang untuk beli barang yang sifatnya konsumtif. Angka statistik Covid-19 belum menurun, belum ada jaminan perekonomian masyarakat membaik,” tuturnya.
Sementara buat masyarakat menengah ke atas yang ingin membeli mobil, menurut Aidil, insentif tidak begitu banyak berpengaruh.
“Mungkin ada sedikit, karena besaran diskonnya juga tidak terlalu besar. Tapi buat mereka dengan ada atau tidaknya insentif PPnBM dan DP 0 persen pasti akan tetap membeli,” kata Aidil.
Sementara itu, Budi Raharjo, Direktur dan Senior Partner OneShildt Financial Planning, mengatakan, sebelum membeli mobil masyarakat harus memperhatikan aliran dana yang keluar dan masuk tiap bulannya.
“Di balik kemudahan pasti ada konsekuensi yang harus diterima. Kalau memang dia sudah menabung sejak tahun lalu dan ingin beli mobil secara cash tentu boleh saja. Yang masalah jika beli secara kredit,” ucap Budi, kepada Kompas.com (1/3/2021).
“Pertimbangkan saja tenor kreditnya 3 tahun, kemudian cicilan tidak lebih dari 15-20 persen dari total penghasilan. Jadi dari situ bisa dipertimbangkan, kalau tidak memenuhi itu ambil mobil bekas mungkin juga bisa jadi pilihan,” katanya.
Karena dengan segala keterbatasan, barangkali aliran pendapatan tidak lancar selama pandemi, membuat perusahaan pembiayaan lebih selektif dalam memberikan kredit mobil baru.
“DP 0 persen memang terlihat memudahkan konsumen, tapi di balik itu persyaratan lebih ketat. Biasanya mereka cari debitur yang sudah karyawan tetap, tempat tinggal jelas, pekerjaan harus jelas, konsekuensinya seperti itu,” ujar Budi.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/03/02/080200615/banyak-keringanan-apakah-sekarang-waktu-yang-tepat-beli-mobil-