JAKARTA, KOMPAS.com – Isuzu Panther resmi berhenti diproduksi pada Februari 2021. Sejak tahun 1991, Isuzu Panther terbagi menjadi empat generasi, mulai Panther Kotak, Kotak Facelift, Panther Kapsul, dan Kapsul Facelift.
Panther Kapsul ini bisa dikatakan paling banyak mengalami facelift. Kali ini, Kompas.com mendapat kesempatan untuk mengetes bagaimana rasanya mengemudikan Isuzu Panther lawas ini, untuk harian.
Unit yang dites oleh tim Kompas.com yaitu Panther Grand Touring tahun 2015. Bisa dikatakan generasi ini merupakan facelift terakhir Panther sebelum resmi pensiun di Indonesia.
Sebelum mengemudi, ketika duduk di kursi pengemudi, langsung terasa bahwa sedang naik mobil yang tinggi, posisi duduknya seperti commanding. Pengaturan kursi hanya bisa maju-mundur, rebah dan headrest yang bisa diatur tegaknya.
Selain itu, posisi setir tidak bisa diubah, sehingga penyetelannya terbatas. Ketika mulai mengemudi, posisi mengemudi yang commanding atau tegak ini, memberikan pandangan yang luas, bahkan bisa melihat kap mesin.
Namun, ada kendala ketika melirik ke belakang lewat spion tengah. Bentuk headrest kursi baris ketiga yang besar, cukup menghalangi pandangan ke belakang. Fitur kamera belakang yang ada di spion tengah juga sangat membantu saat memarkir mobil besar ini.
Selanjutnya, untuk rasa mengemudi di perkotaan, kemudinya cukup ringan, sehingga mudah untuk manuver. Namun perlu ruang yang besar ketika mau putar balik, mengingat radius putarnya yang 6,2 meter.
Soal kenyamanan suspensi, Panther memiliki ayunan suspensi yang empuk. Hal ini memang menjadi nilai lebih saat dikemudikan di perkotaan, namun berbeda ceritanya jika Panther dibawa kebut di jalan tol.
Suspensi yang empuk ini terasa mengayun ketika dikemudikan di jalan tol. Bahkan ketika melewati jalan yang tidak rata, mobil terasa tidak stabil. Padahal mobil hanya dikemudikan di kecepatan antara 80 kpj-100 kpj.
Berikutnya soal pedal, pedal kopling milik Panther yang kami tes relatif tidak terlalu berat, masih nyaman digunakan sambil macet-macetan. Namun yang perlu lebih waspada adalah pedal remnya yang agak berat, sehingga harus lebih berhati-hati saat mengemudikannya.
Perlu diingat kalau Panther Grand Touring ini tidak disertai dengan Anto-lock Braking System (ABS), sehingga harus menghindari rem mendadak. Menjaga jarak dengan kendaraan di depannya sangat penting untuk mencegah tabrak belakang.
Terakhir soal mesinnya, memiliki torsi 192 Nm di rpm 1.800, membuat Panther ini enak dibawa di perkotaan. Tidak perlu gas yang dalam serta memakai gigi 3 di kecepatan yang rendah sekitar 20 kpj juga enak, tidak berat.
Untuk konsumsi bahan bakarnya, Kompas.com sudah menggunakan Panther ini sejauh kurang lebih 300 km dengan variasi jalan dalam kota dan tol baik macet maupun lancar, menghabiskan solar sekitar 21 liter.
Jika dibagi, menghasilkan angka 14,3 km per liter. Hal ini hanya perkiraan mengingat Panther tidak memiliki MID untuk menghitung secara detail berapa konsumsi bahan bakarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/02/20/092200115/begini-rasa-mengemudi-panther-grand-touring-2015