JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia memiliki kontur jalan yang beragam, mulai dari rata sampai naik-turun lewat perbukitan. Ketika lewat jalur perbukitan, tidak jarang turun kabut tebal yang cukup mengganggu visibilitas pengemudi.
Jalur berbukit ini juga tidak jarang dilewati oleh truk besar pembawa barang. Dengan kondisi berkabut, tentunya akan lebih berbahaya dibanding saat cerah, sehingga risiko kecelakaan bisa meningkat.
Instruktur Rifat Drive Labs (RDL) Erreza Hardian mengatakan, ketika ada kabut, maka pandangan semua orang akan terhalang atau terbatas. Selain itu juga jelas ada cuaca dingin yang membuat kerja tubuh manusia tidak optimum.
“Penelitian menunjukkan, penurunan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan kosentrasi dan kinerja manusia. Artinya, semua pengguna jalan bisa turun kewaspadaannya, ini yang bahaya,” ucap Erreza dalam Kuliah Telegram Indonesia Truckers Club, Senin (8/2/2021).
Erreza kemudian mengatakan, kalau menjadi pengelola perusahaan truk, ketika melihat kabut yang tebal, lebih baik cari tempat berhenti yang diperbolehkan lalu laporkan ke atasan.
“Kalau mobil kecil atau motor memang bisa melintas dengan menyalakan lampu kabut jika kondisi pengemudi dan kendaraannya optimal. Namun jika pengemudi atau kendaraan tidak dalam kondisi terbaiknya, harusnya berhenti dahulu,” kata Erreza.
Dengan begitu, risiko kecelakaan setidaknya bisa dikurangi. Melihat kondisi jalan yang tidak memungkinkan serta cuaca yang rawan terjadinya penurunan kewaspadaan, berhenti sejenak bisa menjadi pilihan yang aman.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/02/09/102200015/waspada-kelemahan-sopir-truk-di-jalan-berkabut