JAKARTA, KOMPAS.com – Cekcok di jalan bisa menjadi pemandangan yang kerap terlihat di Indonesia. Bukan hanya di kota-kota besar, tapi juga sampai jalan provinsi di berbagai daerah.
Para pengemudi sumbu pendek ini, julukan mudah emosi, biasanya marah terpicu karena lajurnya dipotong atau sekadar tidak suka karena diklakson mobil di belakang.
Kejadian cekcok ini tidak hanya verbal, bahkan ada yang sampai meninju atau adu fisik karena masalah yang sepele. Lalu, mengapa pengemudi di Indonesia ada saja yang memiliki sumbu pendek atau mudah emosi?
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, perilaku pengemudi yang mudah naik pitam, disebabkan dua hal, yaitu karakter dan minimnya pengetahuan keselamatan.
“Karakter keras, kaku, atau egois muncul dari lingkungan yang terbangun tanpa mengedepankan kebersamaan, persaudaraan, berbagi, dan tolong menolong. Sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak mau kalah,” ucap Sony kepada Kompas.com, Jumat (29/1/2021).
Pribadi seperti ini merupakan hal buruk untuk kondisi berkendara di Indonesia. Ketika sedikit ada konflik, yang mereka lakukan adalah emosi yang berujung adu otot. Kemudian, pengetahuan keselamatan dalam mengemudi hukumnya mutlak dikuasai dan dipraktikkan.
“Mengingat yang dikendarai adalah mesin, bergerak dan mudah sekali mencederai apabila dilakukan secara asal-asalan. Jangan emosi ketika sedang mengemudi, yang penting adalah fokus sampai tujuan dengan selamat,” kata Sony.
Sony mengatakan, karakter pribadi dan pengetahuan keselamatan adalah dasar dari pentingnya mengemudi beretika. Jangan sampai karena kondisi jalan yang macet, waktu yang mepet dan ego yang tinggi, membuat pengemudi melupakan etika berkendara.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/01/30/090200315/penyebab-pengemudi-sumbu-pendek-di-jalanan-indonesia