Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Motor Listrik Mulai Menjamur, tapi Mengapa Merek Jepang Cuek Bebek?

Geliat motor listrik ini muncul setelah Presiden RI Joko Widodo meneken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Listrik Berbasis Baterai.

Saat merek-merek lokal ini mulai serius bermain di segmen motor listrik, di satu sisi pabrikan asal Jepang malah terkesan cuek bebek alias enggan ambil bagian.

Dari empat merek Jepang, yakni Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki sebagai penguasa pasar motor di Indonesia, hanya Honda dan Yamaha yang punya motor listrik, yakni Honda PCX Electric dan Yamaha E-Vino.

Namun, PCX Electric belum dijual untuk umum, melainkan disewakan kepada perusahaan ojek online. Sedangkan E-Vino yang sudah diperkenalkan sejak 2017 juga masih tahap studi.

Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, sebetulnya pabrikan Jepang mau saja memeriahkan tren motor listrik tapi masih menunggu waktu yang tepat.

"Sepeda motor Honda PCX sebetulnya sudah ada di Indonesia sejak awal 2019. Sebenarnya banyak industri sepeda motor menunggu kepastian insentif pajak dari pemerintah," kata Yannes kepada Kompas.com, Kamis (28/1/2021).

Yannes merupakan Doktor Desain Produk dan Industri ITB sekaligus pernah terlibat sejumlah riset inovatif produktif (rispro) invitasi bertema kendaraan listrik ini, mengatakan, insentif tersebut dibutuhkan sebab tanpa keringanan pajak harga motor listrik terlampau mahal. Harga yang tinggi ini membuat motor listrik sulit dijangkau masyarakat.

"Karena harga jual yang terlalu mahal akibat terkendala harga komponen baterai lithium ion yang masih sangat mahal, produk China saja per satu modul baterai berharga sekitar 10 jutaan," kata Yannes.

Adapun soal teknologi, merek Jepang tidak perlu diragukan.

"Bayangkan jika dikali dua (rata-rata per satu motor menyediakan tempat untuk dua baterai). Artinya baru baterai saja sudah di kisaran 20 jutaan rupiah," katanya.

Akibatnya, kata Yannes, buat pabrikan Jepang harga sepeda motor listrik berikut baterainya menjadi terlalu mahal.

"Disinilah bottle neck harga jual sepeda motor listrik," katanya.

Sedangkan segmentasi pembeli motor bagi kebutuhan mobilitas sehari-hari umumnya adalah tingkat ekonomi menengah ke bawah yang sensitif terhadap harga.

"Tanpa kepastian dukungan pemerintah dalam bentuk insentif pajak yang signifikan untuk kendaraan listrik ini, dipastikan harganya tidak akan kompetitif," kata Yannes.

Pada awal 2020, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengesahkan pemberian insentif berupa pembebasan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ( BBNKB), khusus kendaraan listrik.

Tujuannya adalah untuk mempercepat perkembangan kendaraan listrik. Tapi itu pun Astra Honda Motor (AHM) belum melihatnya sebagai momentum untuk memasarkan PCX Electric.

Direktur Pemasaran PT AHM Thomas Wijaya, mengatakan, Honda baru menerapkan skema rental, sebab tidak mau sekadar memproduksi motor tapi juga meningkatkan infrastrukturnya.

"BBNKB tentu jadi salah satu kebijakan yang positif. Tentunya itu mendukung perkembangan dari motor listrik ke depannya," katanya di Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Thomas mengatakan, Honda juga melihat faktor keamanan dari konsumen, penyediaan infrastruktur, kemudian keamanan dari limbah baterainya juga masih terus dikembangkan.

https://otomotif.kompas.com/read/2021/01/29/082200215/motor-listrik-mulai-menjamur-tapi-mengapa-merek-jepang-cuek-bebek

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke