JAKARTA, KOMPAS.com - Mengantongi tingkat kemacetan 36 persen, DKI Jakarta berhasil keluar dari daftar 10 kota termacet dunia versi Tom Tom Traffic Index 2020.
Secara tak langsung, kondisi tersebut menggambarkan kepadatan lalu lintas Ibu Kota makin berkurang. Namun perlu diketahui survei yang dilakukan terjadi saat pandemi Covid-19 melanda.
Artinya, besar kemungkinan penurunan kemacetan lebih dikarenakan imbas kebijakan layaknya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengatur mobilitas masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, tak menampik PSBB ikut berkontribusi menekan angka kemacetan lalu lintas.
"Sebenarnya banyak faktor, tapi secara pengaruh besar bisa dikatakan dari dua hal, yaitu segi layanan transportasi yang makin terintegrasi dan imbas dari Covid-19," ucap Syafrin saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/1/2021).
Menurut Syafrin, Covid-19 membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menekan mobilitas masyarakat. Apalagi sampai penerapan pembatasan di sektor perkantoran, fasilitas umum, dan lain sebagainya.
Namun demikian, Syafrin menilai kontribusi paling berpengaruh datang dari pembenahan segi transportasi yang telah dijalankan sejak tahun lalu.
Karena dengan menerapkan integrasi, otomatis makin mempermudah masyarakat bermobilitas menggunakan sarana angkutan umum dari satu tempat ke tempat lain, belum lagi dengan ragam fasilitas yang ikut dibangun.
"Integrasi transportasi kita jalankan secara masif sejak tahun lalu, bahkan saat pandemi tetap melakukan penataan stasiun, pembangunan fasilitas sepeda, infrastruktur jalan seperti fly over dan underpass, serta lainnya," ucap Syafrin.
"Artinya, kalau melihat 416 kota di dunia yang di survei Tom Tom, kondisinya sama-sama dilanda Covid-19. Pengaruh lalu lintas ada, tapi poin utama tak lepas dari pengelolaan yang dilakukan pemerintah masih-masing," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/01/19/095100015/integrasi-transportasi-dan-covid-19-tekan-kemacetan-jakarta