Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Panik Saat Mengalami Kecelakaan Wajar, Tapi Jangan Berlarut-larut

JAKARTA, KOMPAS.com - Panik adalah kondisi yang wajar dirasakan oleh seseorang ketika mengalami kecelakaan. Namun, jangan biarkan perasaan panik itu berlarut-larut dalam waktu yang panjang setelah kejadian.

Sebab, kepanikan akan membuat otak sulit berpikir jernih, sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika dalam keadaan genting dan terdesak usai mengalami kecelakaan.

Pada beberapa kasus kecelakaan mobil, kepanikan dapat berakibat fatal. Misalnya, kecelakaan yang menyebabkan mobil tenggelam. Jika sudah panik, cara membuka sabuk pengaman (seat belt) saja bisa terlupakan.

“Biasanya, seat belt enggak bisa terbuka karena panik. Dia lupa mau buka seat belt saja sampai mutar-mutar,” ujar Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu kepada Kompas.com.

Menurut Jusri, hingga saat ini dirinya belum pernah menemukan kasus sabuk pengaman mengalami macet usai kecelakaan. Sebab berdasarkan uji coba, sabuk pengaman tetap bisa dilepaskan meskipun dalam keadaan terendam air.

“Kecuali, seat belt menggunakan komponen elektronik, kalau terendam kan rusak,” kata Jusri.

Oleh karena itu, selalu berusaha tenangkan diri meski mengalami kecelakaan. Dengan keadaan diri yang tenang, peluang menyelamatkan diri menjadi lebih besar. Bahkan, tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga bisa menolong orang lain yang turut serta dalam kecelakaan tersebut.

“Jangan panik setelah kecelakaan, baik penumpang atau pengemudi. Bagi yang masih sadar, segera menolong diri sendiri dan orang lain,” ucap Jusri.

https://otomotif.kompas.com/read/2020/11/04/110200715/panik-saat-mengalami-kecelakaan-wajar-tapi-jangan-berlarut-larut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke