JAKARTA, KOMPAS.com - Walau pendemi masih melanda, serta isu relaksasi pajak nol persen tak kunjung ada kepastian, namun penjualan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) diklaim mengalami kenaikan.
Tercatat pada September 2020, Daihatsu membukukan penjualan 7.721 unit, naik sekitar 23 persen dibandingkan Agustus yang hanya 6.300 unit.
Lantas hal apa yang membuat penjualan Daihatsu tetap naik, mengingat sejak ada isu relaksasi pajak dikabarkan terjadi perlambatan akibat konsumen yang menunda pembelian.
Menjawah hal ini, Hendrayadi Lastiyoso, Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra International–Daihatsu Sales Operation (AI-DSO), mengatakan bila sejauh ini memang kebutuhan akan mobil baru masih tetap ada meskipun dengan kondisi seperti ini.
"Ternyata pada kenyataanya memang masih ada yang membeli mobil, dari Juni hingga September angkanya naik terus. Pembelinya itu mereka yang benar-benar butuh dan secara finansialnya siap, sehingga dengan demikian penjualan masih terus terjadi," kaca Hendrayadi di acara bincang virtual, Kamis (15/10/2020).
Pernyataan tersebut juga sekaligus menepis anggapan adanya penundaan pembelian mobil yang berdampak cukup signifikan terhadap penjualan akibat isu relaksasi.
Menurut Hendrayadi, tingginya permintaan menandakan bila pasar mobil baru memang masih ada hingga saat ini. Untuk mengoptimalkan strategi penjualan, Daihatsu juga ikut berinovasi, salah satunya menggunakan media digital.
"Karena belum bisa melakukan aktivitas yang offline, kita melakukan secara digital. Kita menyelenggaran customer virtual event secara rutin dua kali setiap bulan, dan ternyata memang pola seperti ini digemari karena ada benefit lebih juga yang kita tawarkan ke konsumen," ujar Hendryadi.
"Melalui cara itu, minimal kita menerima SPK cukup banyak, antara 500 sampai 600-an yang kami dapatkan. Ke depannya, sampai dengan Desember 2020 kami akan mengelar acara tersebut untuk mendukung teman-teman di diler juga," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/16/145137415/kriteria-konsumen-yang-beli-mobil-baru-saat-pandemi