Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Oli Mesin Punya Warna Berbeda-beda

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap merek oli yang ada dipasaran, bila diperhatikan, memiliki kelir atau warna yang berebda. Beberapa ada yang kuning keemasan, biru tua, hijau, sampai merah.

Hal ini menarik dibahas karena banyak anggapan yang salah kaprah terkait warna oli. Ada yang mengatakan bila oli dengan warna keemasan memiliki kualitas lebih baik dibandingkan biru tua.

Bahkan sampai ada yang beranggapan oli dengan warna gelap memandakan peruntukannya untuk mobil lawas, atau merupakan oli palsu yang telah diolah kembali.

Lalu apa sebenarnya arti warna pada oli, apakah benar memiliki arti seperti di atas, atau hanya memang menjadi sebuah ciri dari merek oli tertentu saja.

Menjawab hal ini, beberapa waktu lalu, Ari Susanto, Plant Director PT Federal Karyatama selaku produsen Federal Oil yang kini di bawag ExxonMobil, mengatakan bila warna pada oli bukanlah patokan yang mengartikan oli tersebut memiliki kualitas tertentu.

"Sebenarnya tidak ada pengaruh, tapi dulu pilihan warna itu digunakan sebagai penanda saja antara oli matik dan non-matik. Pada produk kita sendiri, kecuali yang botol merah memang isinya juga merah, di luar itu rata-rata kuning bening," kata Ari.

Lebih lanjut Ari menjelaskan, oli berwarna hitam tidak selalu menandakan bahwa oli tersebut merupakan bekas pakati atau sudah sudah kotor.

Hal tersebut karena memang kelir pada pelumas tidak menentukan apakan oli tersebut masih bagus atau tidak. Dengan kata lain, anggapan mengenai oli yang sebelumnya disampaikan tidak benar.

"Bukan berarti bekas atau jelek, karena kalau sudah di tuang di dalam mesin misalnya, pasti saat dikeluarkan lagi oli sudah hitam. Hal tersebut wajar karena sudah tercampur dengan sisaan oli pada ruang mesin, tapi bukan berarti oli sudah jelek," ucap Ari.

https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/14/134200515/alasan-oli-mesin-punya-warna-berbeda-beda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke