JAKARTA, KOMPAS.com - Pendemi covid-19 yang belum juga usai, membuat pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama dua pekan.
Kondisi ini tentunya akan berimbas pada kendaraan kesayangan yang jarang digunakan dan hanya menganggur di garasi. Meski mobil jarang digunakan, bukan berarti intensitas perawatannya berkurang.
Dalam konteks ini, yang kerap menjadi polemik adalah masa pergantian oli. Di mana banyak masyarakat yang berpatokan pada jarak tempuh, padahal selain angka kilometer, masalah waktu juga menjadi hal yang harus diperhatikan.
“Toleransinya rata-rata konsumen selama ini memang pada jarak tempuh, padahal ada waktunya juga. Bagi mobil yang jarang dipakai kebanyakan beranggapan olinya bisa lebih awet dibandingkan yang sering digunakan, padahal anggapan tersebut salah,” ujar Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna kepada Kompas.com.
Menurut Suparna, mobil yang jarang digunakan bukan berarti minim masalah apalagi perawatan. Contoh pada pelumas mesin atau oli, walaupun didominasi pada kondisi yang cenderung statis di dalam garasi, tapi di ruang mesin juga terjadi proses oksidasi dari uap air yang berada di sekitar mobil.
Bila didiamkan terlalu lama, air tersebut bisa tercampur dengan oli mesin dan merusak kandungan aditif pada pelumas. Pada situasi seperti ini, otomatis fungsi utama pelumas untuk melindungi “jeroan” pada mesin tak lagi optimal, bahkan parahnya bisa menimbulkan karat.
“Ketika mobil banyak diam, otomatis oli akan cenderung mengendap ke bawah semua, komponen pada mesin menjadi kering dan bisa menimbulkan korosi. Selain itu, campuran kimia atau aditif pada kandungan oli juga bisa rusak sehingga tak lagi dapat menjalankan fungsinya,” kata Suparna.
Suparna menyarankan, pemilik mobil sebaiknya mengikuti regulasi yang sudah ditetapkan soal perawatan. Pergantian oli minimal dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun, tergantung dari jarak tempuh atau pun waktu.
Khusus untuk pengguna di kota-kota besar seperti Jakarta, pada umumnya akan sulit menyesuaikan jarak tempuh, karena itu disarankan berpatokan pada waktu, yakni tiap enam bulan sekali.
“Contoh kalau di Jakarta itu jarak sebenarnya pendek, tapi perjalanannya yang berat kerena macet. Dalam kondisi mobil yang terjebak macet, meski roda diam komponen mesin tetap bergerak, artinya oli juga tetap bekerja. Karena itu pergantian oli tetap wajib dilakukan enam bulan sekali meski jarak tempuh ideal belum tercapai,” tutur Suparna.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/09/104200415/alasan-mobil-yang-jarang-dipakai-tetap-wajib-rutin-ganti-oli