JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menggulirkan wacana menstimulus penjualan mobil baru dengan menghadirkan relaksasi pajak yang diusulkan hingga nol persen.
Namun, hingga saat ini rencana tersebut belum mendapatkan kepastian dan masih bergulir sebagai wacana.
Dampak dari isu yang sudah beredar luas tersebut, pada akhirnya bisa menjadi bumerang bagi sebagian besar agen pemegang merek (APM).
Hal tersebut lantaran banyak konsumen yang memilih menunda pembelian demi mendapatkan keringanan dari pemerintah.
Menanggapi fenomena tersebut, Presiden Direktur Mobil88 Halomoan Fischer mengatakan, kondisi serupa sebenarnya juga terjadi untuk mobil bekas.
Namun, untuk pasar mobil bekas disebutkan skalanya tidak besar, hanya untuk sebagian kalangan konsumen.
Perlambatan
"Karena masih wacana jadi tidak besar, kalaupun sampai jadi, efeknya nanti untuk mobil bekas hanya sebatas perlambatan. Misal, stimulus sampai Desember, dalam kurun waktu itu kemungkinan besar penjualan akan lambat," ucap Fischer beberapa hari lalu.
Menariknya, Fischer menjelaskan, dengan adanya relaksasi pajak nol persen untuk mobil baru, sebenarnya ada dampak kerugian jangka panjang bagi konsumen yang membeli.
Pasalnya, ketika mobil tersebut nantinya dijual lagi, harganya diperkirakan akan sangat jatuh.
Kondisi tersebut disebabkan pedagang mobil bekas pasti akan memberikan harga yang berbeda dengan mobil yang dibeli tanpa ada stimulus.
Kerugian konsumen
"Sebenarnya yang rugi nanti konsumen yang beli mobil baru ketika relaksasi, karena ketika mereka akan jual lagi, pedagang pasti akan melihat kapan mobil tersebut dibeli, dan saat mencocokkan waktu sama dengan pemberian stimulus dari pemerintah, otomatis akan ditawar berbeda," ujar Fischer.
"Contoh, stimulus di Oktober nanti, baru pakai satu dua tahun mobil dijual lagi, pedagang lihat waktunya dan kemudian akan menawar lebih rendah. Jadi jangan harap mobil tahun 2020 dengan waktu tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan mobil yang sama tapi dibeli tahun sebelumnya (2019)," kata dia.
Hal serupa sebelumnya juga sudah diutarakan oleh pengamat otomotif Bebin Djuana.
Menurut dia, jarang ada yang mengetahui bahwa pebisnis mobil bekas memiliki catatan soal kondisi pasar yang digunakan untuk menawar ketika akan membeli mobil konsumen.
Track record
Oleh karena itu, bisa jadi konsumen membeli mobil saat ada stimulus dari pemerintah atau sedang ada diskon cuci gudang yang sangat besar dari APM.
Namun biasanya, menurut Bebin, ketika mobil hendak dijual lagi biasanya harga tak sesuai ekspektasi.
"Pemain mobil bekas itu memang punya track record tersendiri, jadi jangan heran saat nanti dijual lagi mobilnya, meski baru pakai dua atau tiga tahun harganya langsung turun, bahkan bisa lebih rendah dari mobil yang usianya empat tahun pemakaian," ucap Bebin.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/01/093200615/ada-risiko-beli-mobil-baru-jika-relaksasi-pajak-nol-persen-berlaku