JAKARTA, KOMPAS.com – Ban menjadi komponen penting pada sepeda motor dan menjadi satu-satunya yang bersentuhan dengan permukaan jalan. Memasuki musim penghujan, kondisi ban harus wajib diperhatikan untuk menjaga keselamatan.
Dengan kondisi jalan yang sering basah saat musim hujan, ada anggapan bahwa tekanan angin ban harus dikurangi. Tujuannya agar ban lebih menggigit ke aspal yang basah. Kira-kira mitos atau fakta ya?
Bintarto Agung, Presiden Direktur Indonesia Defensive Driving Consulting (IDDC), mengatakan, bahwa anggapan tersebut tidak benar.
Menurutnya, tekanan angin pada ban harus sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Mengurangi tekanan angin malah bisa membuat kemampuan ban dalam mengeluarkan air dari alurnya berkurang.
“Jadi tidak benar atau mitos, yang mengatakan saat kondisi hujan harus mengurangi tekanan angin untuk menambah traksi,” ujar Bintarto, kepada Kompas.com belum lama ini.
“Tekanan angin rekomendasi tercatat pada manual book motor atau tire placard yang biasanya nempel di rangka motor,” katanya.
Ia menambahkan, saat kondisi hujan sebetulnya daya traksi ban amat bergantung pada kedalaman alur ban dan kembangan itu sendiri.
“Biasanya karena kembang ban sudah mencapai tread wear indicator (TWI), kemampuan ban untuk mengeluarkan air dari alurnya berkurang. Atau istilahnya ban sudah botak, sudah melebihi masa pakai, itu yang bikin traksi berkurang saat hujan,” ucap Bintarto.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/09/23/091200315/mitos-atau-fakta-berkendara-saat-hujan-harus-kurangi-tekanan-angin-