JAKARTA, KOMPAS.com - Biasanya, jalan raya mendadak ramai ketika terjadi kecelakaan. Hal ini bukan karena banyaknnya orang yang menolong korban, melainkan para pengendara lain yang melintas justru berhenti hanya untuk menonton atau sekedar ambil foto dan video.
Padahal tindakan tersebut bukanlah perilaku yang baik. Sebab, mereka telah mengganggu pengendara lain yang melintas.
Bahkan bisa saja menyebabkan kecelakaan lanjutan lantaran mereka yang menonton kerap berhenti di tengah jalan.
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan, semestinya masyarakat lebih sadar akan kondisi sekitar. Jika ingin membantu korban, lakukanlah hal yang benar.
Misalnya, mengamankan lokasi kejadian agar pengendara lain tidak terganggu. Selain itu, segera menghubungi rumah sakit setempat untuk meminta dikirimkan ambulans untuk menghubungi pihak kepolisian.
“Segera membagi tugas, mengamankan lokasi kecelakaan agar tidak terjadi kecelakaan berikutnya, menghubungi pihak-pihak kompeten, yakni kepolisian dan ambulans sehingga bisa melakukan pertolongan pertama dengan tepat,” ujar Jusri beberapa waktu lalu saat dihubungi Kompas.com.
Jusri menilai, kebiasaan “menonton kecelakaan” perlu diubah. Salah satu caranya melalui pelatihan atau kampanye terkait kesadaran berada di jalan raya. Termasuk juga pertolongan pertama pada korban kecelakaan sehingga kesadaran masyarakat tergugah.
“Jadi apa yang dilakukan biasanya dilakukan prosedur-prosedur itu biasanya disosialisasi oleh perusahan-perusahaan multinasional dan pemerintah juga aktif menyosialisasikan,” tutur Jusri.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/09/17/183705015/catat-kecelakaan-di-jalan-raya-bukanlah-tontonan