JAKARTA, KOMPAS.com - Berbelok yang benar merupakan teknik yang harus dikuasai pengendara sepeda motor. Sebab tak jarang kecelakaan terjadi di tikungan, baik pemula sampai yang berpengalaman.
Agus Sani, Head of Safety Riding Wahana, Main Dealer motor Honda Jakarta-Tangerang, mengatakan, jika kecepatannya lumayan kencang turun gigi sebelum belok, bukan saat belok atau sesudahnya.
"Yang pertama adalah mengurangi kecepatan dengan pengereman secara bersamaan lalu turunkan persneling gigi ke gigi lebih rendah," kata Agus kepada Kompas.com, Senin (7/9/2020).
Selanjutnya kata Agus, postur badan lurus dengan motor dan kepala tetap tegak, pandangan melihat ke arah yang dituju.
"Jangan menggunakan rem depan secara mendadak jika kondisi sepeda motor dalam keadaan miring," katanya.
Agus mengatakan, selama postur pengendara dalam gerakan yang benar maka menikung ke kanan atau ke kiri sama saja tidak ada masalah, yang penting adalah kontrol kecepatan dan bukaan gas.
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan, ada lima kunci penting saat menikung, yaitu Braking Point, Lane Exercises, Throttling Rhythm, Sitting Posture dan Eyes Focus.
Jusri mengatakan, seorang pengendara bisa jadi kesulitan saat menikung karena tidak konsisten dalam penerapan elemen di atas, terutama pada elemen nomor lima yaitu fokus mata atau pandangan.
"Saat berbelok sangat penting ialah tujuan mata. Pandangan mata harusnya eye level (sejajar tubuh) sehingga pandangan luas, fokus pada titiknya, dan motor akan mengikuti pandangan mata kita," kata Jusri.
Berkendara di Jalan Basah
On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Zulpata Zainal menjelaskan, saat berkendara dalam kondisi hujan atau jalan basah perlu memperhatikan kondisi ban.
“Pastikan sisa tinggi telapak ban mumpuni yaitu masih di atas tanda TWI (tread wear indicator), untuk mobil berpenumpang TWI-nya harus 1.6 mm dari dasar,” ujarnya kepada Kompas.com, Senin (24/8/2020).
Zulpata menambahkan, selain itu tekanan udara pada ban juga harus diperhatikan dan dipastikan sudah sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan.
“Pastikan juga tekanan udara sudah disesuaikan dengan yang direkomendasikan pabrikan mobil serta saran maksimum muatan yg diperbolehkan,” ucapnya.
Zulpata juga menyarankan agar pengemudi menghindari melibas genangan dengan kecepatan tinggi. Menurutnya, jika hal tersebut dilakukan maka potensi terjadinya aquaplaning juga akan semakin besar.
“Agar tidak terjadi gejala aquaplaning atau gejala ban hilang cengkraman di permukaan jalan yang basah,” katanya. Mengingat, tidak ada trik yang bisa mengatasi seorang pengemudi terhindar dari aquaplaning selain dengan mengurangi kecepatan kendaraannya.
“Tidak ada triknya kalau melibas genangan air, ban bagus, ban kurang bagus apalagi gundul, sebaiknya tetap kurangi kecepatan kendaraannya,” tutur Zulpata.
Selain itu, pemeriksaan kondisi ban juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti pecah ban atau lainnya. “Perlu dicek juga kerusakan yang ada di ban. Kalau ada misal bocor halus, sobekan atau luka kalau perlu ditambal dulu, dengan tambalan yg benar,” ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/09/07/160008015/turunkan-gigi-sebelum-belokan-bukan-sebaliknya