JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini hampir semua mobil baru sudah mengaplikasikan piringan rem atau yang lebih dikenal dengan disc brake.
Kelengkapan ini bahkan sudah bukan menjadi barang mewah, melainkan fitur standar yang tersedia hampir pada semua varian mobil.
Secara fungsi, disc brake dianggap lebih konsisten digunakan dalam memperlambat laju kendaraan dibandingkan rem tromol. Piringan rem mampu melepas panas dengan cepat sehingga lebih optimal.
Kendati memiliki usia yang lebih panjang dibanding sistem tromol, bukan berarti membuat disc brake bebas dari masalah.
Potensi kerusakan
Seiring penggunaan rem yang intens layaknya di mobil bertransmisi otomatis bisa menimbulkan banyak potensi kerusakan pada disc brake.
Service Part Division Head PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Anjar Rosjadi mengatakan, faktor utama rusaknya piringan rem lebih dikarenakan dari cara dan pola pemakaiannya.
“Pada mobil matik bisa dibilang 100 persen mengandalkan rem untuk memperlambat dan menghentikan mobil. Kalau (perlakuan) pengemudi kasar, seperti suka melakukan rem mendadak, atau bahkan lupa menggeser kaki dari pedal rem bisa membuat lapisan piringan rem menipis,” ujar Anjar saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu.
Anjar menjelaskan kebiasaan buruk tadi bukan hanya membuat usia kampas rem cepat habis, tapi juga merusak lapisan disc brake sehingga lebih cepat menipis.
Rusaknya permukaan piringan
Contoh kasus yang sering terjadi akibat suka melakukan pengereman mendadak adalah rusaknya permukaan piringan.
Dalam kondisi panas, kemudian ditambah sering melakukan pengereman mendadak seperti hard braking bisa memicu kerusakan pada disc brake.
“Biasanya permukaan piringan menjadi tidak rata lagi, gejala ini bisa dirasakan saat sedang melakukan pengereman tiba-tiba terasa efek seperti goyang pada pedal rem, dan laju mobil seperti tidak stabil,” tutur Anjar.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/09/02/102200815/kebiasaan-buruk-pengemudi-yang-bikin-usia-disc-brake-cepat-aus