JAKARTA, KOMPAS.com - Royal Enfield punya andil yang tidak sedikit dalam Perang Dunia 2. Sebab Royal Enfield memasok banyak sepeda motor untuk para tentara Inggris di masanya.
Salah satu motor paling penting di era perang ialah Royal Enfield WD 125 ‘Flying Flea’. Motor berjuluk Kutu Terbang ini merupakan cerita sukses motor yang dipakai pihak militer.
Nama Kutu Terbang diberikan bukan tanpa sebab. Flying Flea diterjunkan ke garis depan dengan cara dijatuhkan dari pesawat menggunakan parasut dan alat pelindung khusus seperti kerangkeng.
Memang banyak motor yang dipakai di garis depan saat perang. Tapi hanya Flying Flea yang bisa dikirim jauh hingga ke garis belakang pertahanan musuh oleh pasukan penerjun.
Flying Flea bisa diterjunkan dari pesawat memang karena dimensinya mungil. Panjangnya tak sampai dua meter yakni hanya 191 cm dan lebar 66 cm dengan bobot kering 59 kg.
Adapun jantungnya dibekali mesin 2-tak 125cc bertenaga 3,5 tk pada 4.500 rpm dan punya top speed 72 kpj. Tenaga hasil pembakaran ditransfer pakai transmisi 4-percepatan.
Saat perang, Flying Flea digunakan untuk pengintaian, komunikasi dan sebagai alat angkut tentara. Tugasnya penting karena harus 'tahan banting' dipakai di medan perang.
Karena kecil tentara bisa membopongnya dengan tangan. Motor juga bisa dipanggul jika melewati parit atau sungai kecil. Meski dimensinya kecil keunggulannya ialah bisa membawa beban yang berat.
Sebagai penghormatan kepada Flying Flea, pada 2018 Royal Enfield kemudian melansir Classic 500 Pegasus yang terinspirasi dari WD 125. Jumlahnya pun terbatas hanya 1.000 unit di seluruh dunia.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/08/27/183100115/royal-enfield-flying-flea-motor-perang-yang-bisa-terbang