JAKARTA, KOMPAS.com - Penerapan pembatasan mobil pribadi dengan metode ganjil genap di Jakarta, ternyata tak serta-merta bakal mendorong pertumbuhan penumpang pada sektor angkutan umum.
Kondisi ini lantaran masih adanya pembatasan aktivitas serta masih banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan moda transportasi pribadi.
"Ada ganjil genap tak langsung membuat jumlah penumpang angkutan umum meningkat, kita lihat secara makronya dulu kalau sampai saat ini banyak perkantoran yang masih tutup, belum ditambah dengan tempat-tempat umum juga, jadi memang tak signifikan," ucap Ketua DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan kepada Kompas.com, Senin (10/8/2020).
Lebih lanjut Shafruhan menjelaskan, sepanjang tahun ini memang akan sangat berat bagi bisnis moda transpotasi umum, khususnya yang ada di perkotaan.
Walaupun ada beberapa sektor yang sudah mulai dibuka, tak berimbas banyak bagi pertumbuhan penumpang moda transportasi darat.
Belum lagi dengan adanya kekhawatiran masyarakat yang memilih menggunakan transportasi pribadi. Dengan demikian, maka pemulihan sektor transportasi umum memang tak bisa hanya mengandalkan dari peraturan ganjil genap saja.
"Mobil dibatasi dengan ganjil genap, tapi masyarakat sekarang banyak yang punya sepeda motor, bahkan ada yang sampai jual mobil beli motor agar menghindari transportasi umum. Fenomena seperti ini juga harus diperhatikan," ucap Shafruhan.
"Kenaikan memang ada sejak PSBB transisi dibuka, tapi secara jumlah itu tidak signifikan untuk di darat, di luar dari KRL ya. Kalau ditotal keseluruhan, paling hanya sekitar 10 -15 persenan," kata dia.
Bila pun ada kenaikan, menurut Shafruhan, kebanyakan moda transportasi yang memang dikendalikan oleh Pemprov DKI. Seperti Transjakarta dan armada feeder Jak Lingko, sementara yang swasata tetap sepi peminat.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/08/11/134100715/ganjil-genap-diterapkan-penumpang-angkutan-umum-tak-bertambah