Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Pembonceng Lebih Berisiko Saat Kecelakaan Motor?

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepeda motor saat ini menjadi alat mobilitas yang paling populer dan lebih terjangkau dibanding dengan mobil. Bahkan saat ini dimanfaatkan untuk berbisnis, seperti Gojek dan Grab Bike, walaupun bukan tergolong kendaraan umum.

Terlepas dari keuntungan-keuntungan menggunakannya, sepeda motor ternyata memiliki status sebagai kendaraan tunggal. Artinya akan ideal jika digunakan tanpa berboncengan.

Dalam beberapa kasus kecelakaan, pembonceng kerap menjadi korban luka berat dibanding pengemudinya, atau bahkan meninggal dunia. Ini artinya, kalau pembonceng sepeda motor punya risiko besar.

Hal ini lantaran pembonceng tidak bisa mengantisipasi, dan tidak memiliki genggaman yang pas dan sempurna (kecuali memeluk pengemudi).

“Pembonceng sepeda motor lebih riskan terlontar, karena mereka tidak seperti si pengemudi yang berpegang ke setang motor. Lebih dari itu, penumpang juga tidak mampu mengantisipasi kondisi yang akan terjadi, seperti pengemudi,” ujar Edo Rusyanto, Koordinator Jarak Aman, kepada Kompas.com.

Edo memberikan beberapa saran, agar pembonceng memiliki kesempatan untuk bisa selamat, dan ikut berkontribusi membuat pengumudi nyaman. Pertama adalah, si penumpang memang harus menyatu dengan pengendara.

“Menyatu di sini yaitu berpegangan erat dengan pengendara di bagian perut. Lalu, tidak melakukan gerakan berlawanan dengan pengendara, ketika bermanuver,” ucap Edo.

Kemudian terkahir, yang juga tidak kalah penting lanjut Edo, memakai helm pelindung kepala yang mumpuni sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI).

https://otomotif.kompas.com/read/2020/07/28/192100315/benarkah-pembonceng-lebih-berisiko-saat-kecelakaan-motor-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke