JAKARTA, KOMPAS.com – Mengganti per dengan suspensi udara alias airsus biasa dilakukan saat memodifikasi mobil. Adanya sistem airsus ini membuat mobil bisa ceper ketika parkir dan kembali normal saat dipakai jalan.
Tidak hanya di mobil, airsus juga lazim dipakai pada bus. Biasanya fitur ini disematkan pada sasis asal eropa, namun saat ini sudah banyak juga sasis asal Jepang dan China yang menggunakan suspensi udara sebagai standar.
Anggota Forum Bismania Indonesia, Dimas Raditya mengatakan, efek dari sasis dengan suspensi udara yaitu lebih ke kenyamanan dari penumpangnya.
“Bisa dikatakan lumayan berpengaruh (dengan kenyamanan). Kalau dibanding dengan sasis zaman sekarang yang masih per daun, masih enak yang pakai suspensi udara,” kata Dimas kepada Kompas.com, Senin (27/7/2020).
Export Manager karoseri Laksana, Werry Yulianto mengatakan, fungsi suspensi udara di bus yaitu untuk meningkatkan kenyamanan penumpang dan rasa berkendara dari bus tersebut.
“Bus dengan air suspension bertujuan agar bantingannya lebih nyaman dan empuk. Penggunaan air suspension bisa lebih meredam guncangan dari jalan yang tidak rata,” kata Werry kepada Kompas.com.
Selain itu, jika berhenti, ketinggian bus bisa dikurangi sehingga memudahkan penumpang untuk naik. Bahkan pada beberapa sasis, ada mode suspensi udara yang miring ke satu sisi. Begitu juga untuk bus kota low entry.
“Bus kota bodi low entry dengan sasis Scania, menggunakan Electronically Controlled Air Suspension (ECAS), itu bisa diatur lebih rendah lagi, agar penumpang semakin mudah masuk,” ucap Werry.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/07/28/084200615/mengapa-banyak-bus-menggunakan-airsus-