JAKARTA, KOMPAS.com – Baru-baru ini Pertamina mengumumkan berhasil memproduksi bahan bakar solar jenis baru yang diklaim lebih ramah lingkungan, bernama D-100. BBM khusus mesin diesel ini, diklaim menjadi bahan bakar pertama di Indonesia yang terbuat dari 100 persen minyak nabati.
Sebelumnya, Pertamina sudah memiliki Solar B30 yang disebut punya kandungan minyak nabati 30 persen. Lantas, sebetulnya apa perbedaan mendasar dari dua jenis bahan bakar ramah lingkungan ini?
Budi Santoso Syarif, Deputy CEO PT Kilang Pertamina Internasional, mengatakan, D-100 berasal dari 100 persen bahan nabati.
Sementara B30 merupakan biosolar yang memiliki kandungan 30 persen fatty acid methyl ester (FAME) dan 70 persen campuran solar.
Menurut Budi, Solar B30 merupakan BBM yang dicampur terlebih dahulu di terminal-terminal BBM Pertamina.
Lain halnya dengan D-100, yaitu minyak kelapa sawit yang sudah dibersihkan dari getah, bau, selanjutnya menghasilkan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang diolah di kilang sehingga menghasilkan D-100.
“Perbedaannya itu pada penerapannya. D-100 lebih ramah lingkungan karena gas karbon dioksida yang dilepaskan lebih sedikit dari B100 atau FAME,” ujar Budi, seperti dilansir dari laman Pertamina (26/7/2020).
Budi juga menambahkan, saat ini Pertamina memiliki target produksi D-100 di kilang minyak Dumai sebanyak 1.000 barel per hari.
Kemudian di kilang minyak Cilacap sebanyak 6.000 barel per hari pada tahun 2022, dan kilang minyak Plaju sekitar 20.000 barel per hari pada 2023.
“Saya yakin, 2026 kita bisa mandiri dengan memanfaatkan sumber daya alam kita,” kata Budi.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/07/27/100200415/perbedaan-solar-d-100-dengan-b30-ini-kata-pertamina