JAKARTA, KOMPAS.com – Saat naik ke bus yang mesinnya mati, pasti kabin terasa sangat panas. Biasanya, sistem pendingin alias air conditioner (AC) bus posisinya juga dalam kondisi mati.
Pada dasarnya, sistem kerja AC pada bus sama dengan di mobil. Perbedaannya, hanya ada pada kondensor yang biasanya diletakkan di atap bus.
Selain itu, kenapa AC tidak menyala saat mesin mati dikarenakan kinerja kompresor yang menyambung dengan mesin via sabuk baja alias belt.
Tugas kompresor sebagai pemompa udara dan menyirkulasikan gas freon tidak akan menyala jika tidak ada putaran mesin. Kalau model AC di bus zaman dahulu, memang bisa menyala tanpa mesin bus dihidupkan.
Export Manager karoseri Laksana, Werry Yulianto mengatakan, model AC zaman dahulu yang bisa menyala tanpa bantuan mesin bus dinamai AC gendong.
“Kalau Zaman dulu ada yang namanya AC gendong, jadi dia pakai mesin terpisah. Modelnya seperti AC split yang dipakai mobil bank/sim keliling, tapi kalau sekarang sudah jarang yang pakai,” kata Werry kepada Kompas.com, belum lama ini.
AC di bus saat ini , kompresornya bekerja berbarengan dengan mesin, baik untuk model mesin depan maupun belakang. Apalagi jika bus mesin depan pakai AC, jalan masuk untuk penumpang ke kabin semakin sempit.
Kompresor yang menyala, mengalirkan freon ke kondensor. Setelah dari kondensor, melewati proses penyaringan dengan filter dryer. Setelah itu diarahkan ke katup ekspansi dan terakhir dikumpulkan pada evaporator. Udara yang sudah dingin akan didistribusikan ke seluruh kabin bus dengan bantuan blower.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/07/24/112300915/mengapa-mesin-bus-harus-hidup-ketika-menyalakan-ac-