JAKARTA, KOMPAS.com – Busi merupakan komponen yang penting dalam sistem pembakaran mesin. Fungsinya sebagai pemantik api agar terjadi ledakan pada ruang mesin. Jika sudah tidak berfungsi maksimal, sebaiknya busi diganti dengan yang baru.
Sebelum busi rusak, biasanya akan memberikan gejala yang dirasakan oleh pengendara maupun secara fisik. Lalu apa saja gejalanya?
“Paling utama yaitu sulit starter atau motor susah nyala. Selain itu sulit juga untuk menemukan langsam atau tidak stasioner,” kata Diko Octaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia kepada Kompas.com, Jumat (10/7/2020).
Diko menambahkan, ketika digunakan, torsi tidak terasa ketika digeber, seperti kehilangan tenaga. Kurangnya tenaga paling terasa saat tanjakan. Kalau gejala fisik busi yang terlihat kalau sudah ingin diganti yaitu dari celahnya.
“Paling sederhana dari perubahan celah yang membesar, itu sudah sinyal untuk ganti. Namun hal ini jika kerusakan busi dengan indikator penggunaan normal plus kondisi mesin sehat,” ucap Diko.
Namun jika dicek fisik businya terdapat kerak hitam atau karbon fouling dan merah bata, elektroda meleleh, ada sumbangan kerusakan dari komponen lain, bukan hanya dari busi.
“Kerja busi itu saling terkait dengan sistem mesin lainnya. Jadi busi bisa menjadi indikator kalau terjadi apa-apa di ruang bakar, mekanik bisa merunut masalah dari mana asalnya kerusakan,” kata dia.
Misalnya kerak karbon pada busi penyebabnya karena bisa ada kerusakan sensor sehingga pengaturan air fuel ratio (AFR) berubah. Selain itu, bisa juga karena salah pemilihan tingkat panas busi yang terlalu dingin.
“Gaya berkendara yang cenderung lebih suka lambat sehingga busi tidak mencapai suhu operasi ideal untuk mengaktifkan fitur self cleaning, jadi ada kerak karbonnya,” ucapnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/07/10/190100615/ini-gejala-kalau-busi-sudah-waktunya-diganti