JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat sejumlah industri kecil menengah (IKM) otomotif nasional mengalami penurunan penjualan hingga 90 persen selama pandemi virus corona alias Covid-19.
Hal ini, sebagaimana dijelaskan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih, menjelaskan, terjadi seiring dengan perlambatan kegiatan produksi usai pemerintah melakukan pembatasan aktivitas sosial guna menekan penyebaran virus.
"Di masa pandemi, sejumlah IKM di sentra logam Tegal yang telah menjadi mitra Agen Pemegang Merek (APM) sebagai tier 1 dan tier 2, mengalami penurunan omzet hingga 90 persen, imbas pemberhentian operasional APM beberapa waktu lalu," katanya di keterangan tertulis, Sabtu (27/6/2020).
Guna mempertahankan dan menjaga keberlangsungan usaha para pelaku IKM, lanjut Gati, pihaknya bakal melakukan penjajakan terhadap peluang pasar yang ada.
Salah satunya, melakukan "perjodohan" antara IKM dengan perusahaan besar yang bersangkutan untuk bisa menjadi pemasok utama atau tambahan. Contohnya, subsitusi impor yang tengah dilakukan PT Sinar Agung Selalu Sukses (SASS).
“Salah satu upaya untuk menjembatani IKM di sentra logam Tegal dalam menjajaki pasar baru di sektor industri otomotif, kami telah menggelar program link and match antara IKM dengan perusahaan besar,” kata Gati.
SASS merupakan salah satu perusahan manufaktur otomotif yang memproduksi suku cadang kendaraan bermotor roda dua dan empat, untuk pasar original equipment manufacturer (OEM) maupun aftermarket.
KM di sentra logam Tegal berhasil mendapatkan purchase order (PO) dari SASS untuk membuat produk substitusi impor. Diantaranya berupa handle socket LT 10 ton, handle socket LT 5 ton, dan handle socket LT 30,32 ton.
Selain itu, mereka juga akan mendapat pesanan tangkai spion dari SASS. Adapun IKM yang akan mengerjakan produk substitusi impor tersebut adalah PT Bimuda Karya Teknik, yang didukung IKM lainnya seperti, PT Mitra Karya Tegal dan PT Tiga Bersaudara.
Produk-produk itu nantinya akan diproduksi menggunakan mesin stamping. “Namun, IKM perlu melakukan investasi untuk pembuatan dies (cetakan) dengan biaya yang tidak sedikit,” kata Gati.
“Oleh karena itu, program restrukturisasi mesin dan peralatan yang kami miliki diharapkan dapat membantu meringankan pelaku IKM dalam investasi pembuatan dies tersebut,” lanjutnya.
Selain mendapatkan pasar baru, IKM di sentra logam Tegal didorong untuk bahu-membahu dengan membagi pekerjaan. Seperti yang dilakukan oleh PT Mitra Karya Tegal dengan berbagi pekerjaan kepada IKM logam lainnya dalam memproduksi aksesoris kendaraan roda dua.
Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku logam, IKM di sentra logam Tegal telah didukung oleh Material Center yang hadir atas inisiasi dan kerja sama Ditjen IKMA dengan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal.
"Berfungsi sebagai penyedia bahan baku logam, Material Center di Tegal mampu menyediakan bahan baku dengan harga kompetitif bagi IKM, sehingga dapat memperkuat daya saing IKM terlebih pada masa pandemi covid-19 saat ini," ujar Gati.
Dalam memasuki fase new normal, kolaborasi untuk bersama-sama membangun kemajuan IKM perlu diperkuat dan terus dilakukan melalui pelaksanaan berbagai program yang terarah dan berkelanjutan.
"Pemerintah pusat dan daerah harus selalu hadir dalam mendukung peningkatan daya saing IKM serta untuk memperkuat IKM di dalan rantai pasok industri nasional maupun global," katanya lagi.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/06/28/090100815/omzet-ikm-otomotif-turun-90-persen-selama-pandemi-virus-corona