Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Faktor Penyebab Pecah Ban, Salah Satunya Kurang Tekanan Udara

JAKARTA, KOMPAS.com - Kejadian ban pecah pada mobil maupun kendaraan roda dua, bisa menjadi penyebab terjadinya kecelakaan yang lebih fatal.

Pecah ban tidak hanya disebabkan karena kondisi ban yang sudah tipis atau adanya benda tajam menusuk karet.

Tetapi, ada banyak faktor hingga menyebabkan karet pelapis pelek tersebut mengalami robek parah atau pecah.

On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Tbk Zulpata Zainal menjelaskan, ban memiliki konstruksi yang sangat kuat dan hampir tidak mungkin pecah.

“Kami di laboratorium PT Gajah Tunggal Tbk, kalau mau pecahin ban untuk tahu kekuatan ban perlu berhari-hari. Tanpa ada yang menunggu, abis pecahnya bisa kapan saja waktunya, tapi yang pasti perlu berhari-hari,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/6/2020).

Setidaknya, Zulpata menambahkan, ada dua macam tes yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan sebuah ban.

Dia menjelaskan, yang pertama adalah ban dijalankan dengan beban yang sesuai dengan kemampuan ban. Lalu dijalankan dengan kecepatan bertingkat, sampai ban pecah disebut test high speed.

“Untuk tes kedua, ban dijalankan dengan kecepatan sesuai spek bannya, sekarang bebannya dinaikin terus menerus secara bertahap, hingga pecah dan perlu berhari-hari juga. Itulah gambaran kekuatan ban dan sangat-sangat kuat,” tuturnya.

Dengan berbagai tes yang sudah dilakukan tersebut, Zulpata menyampaikan, bahwa kejadian pecah ban lebih pada akibat pemakaian dan bukan dari bawaan pabrik.

Tujuh Faktor penyebab pecah ban di antaranya

1. Tekanan udara kurang

Tekanan udara pada ban sering dianggap sepele oleh sebagian pemilik mobil. Padahal, kondisi tersebut bisa berdampak buruk pada kondisi ban itu sendiri.

Bukan tidak mungkin, ban yang sering kekurangan tekanan udara bisa menjadi penyebab terjadinya pecah ban.

“Ban bisa pecah dan paling sering akibat kurang tekanan angin atau karena memikul bobot yg berlebihan, inilah musuh utama ban tekanan angin yang kurang atau equivalent dengan kelebihan bobot,” ujarnya.

Maka dari itu, Zulpata pun menyarankan agar pemilik kendaraan lebih aktif untuk memeriksa tekanan udara pada ban.

“Untuk itu disarankan selalu lakukan pemeriksaan berkala tekanan udara ban, sesuaikan dengan tekanan angin ban yang direkomendasikan pabrikan kendaraan,” katanya.

2. Minim perawatan

Ban juga memerlukan perawatan untuk menjaga kondisinya agar tetap terjaga dan terhindar dari kejadian pecah ban.

Perawatan yang bisa dilakukan terhadap karet pembungkus pelek ini adalah dengan rutin memeriksa kondisi telapaknya dan membersihkan jika ada benda kecil yang menempel.

Hal ini untuk mencegah benda tersebut menembus telapak dan menyebabkan ban pecah.

“Kurangnya perawatan pada ban, misal banyak batu yang menempel di sela-sela kembangan ban dibiarkan, lama kelamaan akan menusuk lapisan dasar telapak ban,” katanya.

Zulpata menambahkan, kondisi ini jika dibiarkan maka pada akhirnya bisa membuat luka sabuk baja di telapak.

“Kalau dibiarkan karena pasti jalan di permukaan basah juga atau saat cuci akhirnya karena kawat ditelapak sudah tidak ada lapisan lagi, karena teriris batu tadi. Akhirnya membuat sabuk baja berkarat pada tingkat tertentu akan membuat ban pecah,” ucapnya.

3. Melindas benda tajam

Penyebab lainnya yang bisa menyebabkan ban pecah adalah melindas atau menabrak benda tajam dan keras.

Ban yang melaju pada kecepatan tertentu hingga menabrak benda tajam bisa menyebabkan karet pecah.

“Hal lainnya, menumbur (menabrak) benda keras dengan posisi kurang angin, membuat benang pada dinding ban putus. Pada akhirnya ban bisa pecah,” katanya.

4. Tambalan cacing

Customer Engineering Support PT Michelin Indonesia Fachrul Rozi mengatakan, tambal ban cacing atau model tusuk memang cukup diminati. Salah satunya karena harganya yang terjangkau.

Padahal metode ini hanya dianjurkan untuk sementara saja. Jika dalam jangka waktu lama bisa membahayakan buat pemilik kendaraan itu sendiri.

“Tambalan model tusuk atau yang seperti cacing sifatnya hanya sementara, sampai dibawa ke bengkel," ujarnya.

Sebab, lanjutnya, tambalan ini tidak secara sempurna menutup lubang yang menyebabkan bocor.
Kalau dipakai terus menerus efeknya membuat karat pada kawat ban dan berujung pecah ban.

“Air mungkin bisa masuk atau bekas sayatan makin melebar hingga berakibat karat dan pecah ban,” kata Rozi.

5. Perlakuan keras

Perlakuan keras terhadap ban seperti sering digunakan untuk pengereman mendadak, melakukan manuver kasar, melaju di kecepatan terlalu tinggi juga bisa menjadi penyebab terjadinya pecah ban.

Hal-hal seperti itu sering terjadi namun jarang disadari oleh pengguna. Sehingga kerap kali terabaikan dan membuat kondisi ban menjadi buruk lebih cepat dari yang seharusnya.

6. Kondisi ban

Salah satu penyebab terjadinya pecah ban tidak lain adalah kondisi fisik ban itu sendiri. Misalnya ban sudah dalam aus atau tipis.

Dengan kondisi ban yang sudah tipis tetapi tetap digunakan terlebih untuk membawa beban berlebih bisa menyebabkan ban pecah.

Hal ini terjadi lantaran kondisi ban yang sudah tidak mampu lagi untuk menahan beban kendaraan.

7. Modifikasi ban

Modifikasi menjadi salah satu hobi yang banyak digemari oleh pencinta otomotif. Salah satu bagian yang sering mendapatkan sentuhan modifikasi adalah ban.

Padahal, memodifikasi bagian kaki-kaki tidak boleh dilakukan sembarang. Pasalnya, jika dilakukan tanpa memperhitungkan keamanan dan keselamatan bisa-bisa justru membahayakan pengemudi.

Seperti, mengganti diameter pelek tanpa mempertimbangkan kecepatan dan beban fisik kendaraan yang harus ditanggung. Akibatnya, beban ban juga akan tidak sesuai.

Lebih parah, ban bisa pecah saat digunakan untuk berkendara.

https://otomotif.kompas.com/read/2020/06/26/081200815/7-faktor-penyebab-pecah-ban-salah-satunya-kurang-tekanan-udara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke