JAKARTA, KOMPAS.com – Mengendarai mobil di Indonesia sudah tidak terlepas dari menyalakan sistem penyejuk ruangan atau air conditioner (AC). AC memiliki fungsi untuk mendinginkan kabin sehingga berkendara menjadi nyaman dengan suhu yang dingin, apalagi jika cuaca di luar sedang panas.
Dikarenakan udara di luar yang begitu panas, apalagi mobil terjemur di bawah matahari, kadang pemilik langsung menyetel suhu AC paling dingin dan kekuatan angin paling kencang.
Sekarang pertanyaannya, apakah mobil menjadi lebih boros bahan bakar?
Kelvin, Pemilik dari bengkel spesialis AC Rotary Bintaro, mengatakan, menyetel AC pada suhu paling dingin dengan kecepatan paling tinggi tidak memengaruhi konsumsi bahan bakar kendaraan.
“Memang kinerja kompresor akan lebih lama untuk mengubah suhu di kabin yang awalnya panas menjadi dingin. Namun, tidak berpengaruh signifikan pada konsumsi bahan bakarnya,” ucap Kelvin kepada Kompas.com belum lama ini.
Kelvin juga mengatakan kalau AC di mobil bekerja sesuai setelan temperatur. Jika menyetel pada suhu paling dingin dan kekuatan angin paling kencang, kabin memang lebih cepat sejuk tetapi kompresor terus bekerja sampai suhu kabin tercapai.
Saat kompresor bekerja lebih keras, bepengaruh ke usia pakainya, namun tidak begitu signifikan. Pasalnya, biasanya pengemudi pasti akan menaikkan suhu dan mengecilkan kecepatan anginnya ketika kabin sudah sejuk.
“Memang kompresor bekerja lebih keras, tetapi pengemudi tidak mungkin pakai suhu yang rendah dan kecepatan angin yang maksimal secara terus-menerus. Jadi setelah suhunya sejuk, pengemudi pasti menyetel kembali suhu AC-nya,” ucap Kelvin.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/05/29/082200015/mitos-atau-fakta-pasang-ac-mobil-paling-dingin-bisa-bikin-boros-bbm