JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa mobil baru biasanya sudah dilengkapi dengan sensor getar sebagai pelengkap pada alarm. Fitur ini pun cukup ampuh dalam membantu sistem pengamanan pada mobil.
Namun sayangnya, kebanyakan pemilik mobil justru memilih tak mengatifkan fitur tersebut karena dianggap terlalu sensitif. Keberadaanya yang mudah merespon saat ada getaran dianggap terlalu bising dan membuat aki menjadi boros.
Padahal keberandaan sensor getar cukup ampuh mempersulit ruang gerak tangan jahil maling yang berniat untuk mencuri barang atau mobil yang sedang diparkir.
"Namanya sensor getar memang sensitif terhadap gerakan, suara keras dan lainnya, jadi kebanyakan orang itu pilih untuk mematikan. Ada baiknya untuk menunda maling beraksi, fitur ini kembali di aktifkan lagi," ucap Suparna, Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak, Minggu (19/4/2020).
Sensor getar, menurut Suparna bisa membantu mengamankan saat ada maling yang mencoba mendorong, membuka paksa kunci mobil, menagambil spion, sampai memecahkan kaca jendela. Bila fitur tersebut tidak diaktifkan, otomatis alarm tidak akan bekerja.
Apalagi akhir-akhir ini, mulai marak kembali pencurian mobil di tengah sulitnya perekonomian imbas pandemi corona (Covid-19) yang sedang melanda hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan sensor yang kembali di aktifkan, menurut Suparna minimal akan menghambat kerja maling saat akan mencuri. Bahkan bisa membuat maling mikir konsekuensinya saat alarm menyala.
"Mau parkir di dalam garasi atau luar, baiknya memang semua fitur keamanan pada mobil di terapkan," ujar Suparna.
"Kembalikan fungsinya sebagai perangkat keamanan, sehingga saat kita sedang lengah atau mobil tidak dalam pengasan ada sinyal yang menjadi pemberitahuan pada kita," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/04/20/120200215/persempit-gerak-maling-jangan-matikan-sensor-getar-pada-mobil