JAKARTA, KOMPAS.com – Alat transportasi jadi salah satu sektor yang diatur dalam kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang berlaku mulai Jumat (10/4/2020). Untuk sepeda motor misalnya, hanya diperbolehkan dikendarai satu orang.
Dalam aturan yang tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020, dalam kondisi tertentu sepeda motor diperbolehkan ditumpangi dua orang.
Misalnya kedua orang tersebut bertempat tinggal di alamat yang sama, ataupun bagi ojek online maupun ojek pangkalan yang diperbolehkan mengangkut penumpang, namun dengan protokol kesehatan yang ketat.
Djoko Setijowarno, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, mengatakan, aturan yang ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ad Interim Luhut Pandjaitan itu melanggar esensi dari menjaga jarak (physical distancing).
Sebab menurutnya, aturan ini akan membuat iri pengguna sepeda motor lain yang bukan ojek online maupun ojek pangkalan. Terutama saat masa mudik Lebaran mendatang.
Singkatnya, akan muncul anggapan dua orang boleh berboncengan dengan sepeda motor asalkan menerapkan protokol kesehatan.
Djoko juga berujar, diperbolehkannya ojek online mengangkut penumpang, menimbulkan kekhawatiran bahwa tak semua pengendara menerapkan protokol kesehatan.
“Di samping itu, tidak ada jaminan dari aplikator terhadap pengemudinya yang melanggar protokoler kesehatan saat beroperasi. ” ujar Djoko, dalam keterangan tertulis (10/4/2020).
“Meskipun aplikator sudah menyiapkan sejumlah aturan untuk pengemudi ojek daring selama mengangkut orang,” katanya.
Djoko menilai, pasalnya selama ini aplikator dianggap belum mampu mengedukasi pengemudinya yang masih kerap melanggar aturan berlalu lintas di jalan raya.
“Tingkat pelanggaran pengemudi ojek daring cukup tinggi, seperti melawan arus, menggunakan trotoar, melanggar isyarat nyala lampu lalu lintas, dan cukup rawan terjadi kecelakaan lalu lintas,” ucap Djoko.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/04/13/083200115/ojol-angkut-penumpang-dianggap-langgar-esensi-jaga-jarak-saat-psbb