Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukti Toyota Prius PHEV Sebagai Kendaraan Ramah Lingkungan

JAKARTA, KOMPAS.com - Awal Maret 2020 lalu, redaksi Kompas.com mendapat tantangan dari pembaca untuk membuktikan berkendara irit bahan bakar.

Tidak tanggung-tanggung, pembaca meminta redaksi untuk menjelajah rute Jakarta-Yogyakarta dan kembali ke Jakarta hanya dengan satu kali pengisian bahan bakar.

Bila dihitung secara jarak, kurang lebih total perjalanan yang harus dilalui redaksi sekitar 1.200 km. Tentunya menggunakan fasilitas rute yang sudah ada, yakni Tol Trans Jawa.

Beruntung, pembaca yang memberikan tantangan di kolom komentar tak menyebutkan jenis mobil yang harus digunakan. Karena dengan begitu, redaksi bisa lebih leluas memilih mobil yang akan digunakan.

Singkat cerita, dibandingkan harus memilih mobil dengan kapasitas tangki bahan bakar besar, redaksi memutuskan untuk menjajal teknologi eletrifikasi yang ditawarkan Toyota melalui Prius Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV). Lagi pula pengujian dilakukan normal, dengan batas kecepatan sesuai regulasi di tol dan tetap menyalakan pendigin udara selama perjalanan.

Melihat dari data spesifikasinya, Prius PHEV generasi kedua ini hanya memiliki kapasitas tangki bahan bakar sebesar 43 liter. Artinya ketika kami isi penuh, jumlah tersebut tak boleh ditambah lagi hingga kami tiba di Jakarta.

Walau sedikit ragu, tapi dengan adanya bantuan teknologi baterai yang diusung Prius, akhirnya kekhawatiran tersebut bisa ditepis.

Seperti diketahui, Prius PHEV mampu berjalan kurang lebih 68 kilometer (km) tanpa menggunakan bensin dan hanya mengandalkan daya listrik dari baterai.

Momen tersebut tentunya sangat menguntungkan, karena bisa menghemat penggunaan bahan bakar selama perjalanan.

Namun ada kompensasinya, karena harus sedikit lebih lama menempuh perjalan lantaran harus mampir ke rest area untuk menambah daya baterai.

Sekadar informasi, pengisian baterai Prius PHEV sendiri tergolong tidak ribet karena tak harus melakukan di charging station.

Menggunakan konverter bawaan, Prius bisa menambahkan tenaga listrik langsung dari sumber manapun, termasuk di restoran atau minimarket yang ada di rest area.

Perjalanan dimulai setelah tim Kompas.com Otomotif Challengge (KOC) melakukan pengisian BBM penuh dan melakukan penyegelan di kasawan MT Haryono. Kondisi saat itu suplai energi dari bateri hanya menunjukan tinggal 34 km lagi.

Alhasil, setelah naik ke Tol Layang Jakarta-Cikampek atau Elevated II, bateri pun habis dan tenaga langsung disalurkan dari mesin konvensional dengan kubikasi 1.800 cc yang melalui sistem Hybrid Synergy Drive. Namun di rest area Km 57, tim memutuskan untuk istirahat sejenak sambil melakukan pengisian baterai.

Kurang lebih satu jam, tim sudah mendapatkan modal dari pengisian sekitar 16 km, sedangkan posisi bahan bakar masih belum berkurang sedikit pun. Dengan jarak tersebut, kurang lebih mampu membawa Prius berjalan hingga masuk ke Tol Cipali meski selanjutnya harus kembali berjalan menggunaan mesin bensin.

Ragam tantangan selama perjalan cukup membuat khawatir, mulai dari kemacetan panjang sampai hujan yang lebat ketika masuk ke ruas Tol Batang-Semarang.

Jelang sore hari, tim memutuskan untuk kembali beristirahat di rest area Bawen sekaligus mengisi daya listrik setidaknya selama dua jam, posisi bahan bakar sudah mulai turun satu bar, sedangkan perjalan menuju Yogyakarta masih sekitar 180-an km lagi.

Tepat pukul 20.25 WIB, akhirnya tim sampai di Yogyakarta lagi-lagi dengan kondisi baterai yang habis dan bahan bakar yang sudah tergeser hampir setengah.

Dari data di MID, sisa jarak yang mampu ditempuh Prius hanya tinggal 480 km, hal ini akan menjadi tantangan berikutnya ketika kembali ke Jakarta.

Setelah beristirahat dan berkoordinasi soal strategi yang akan diterapkan untuk kembali ke Jakarta tanpa mengusi bahan bakar, akhirnya tim KOC memulai etape kedua. Kondisi baterai terisi penuh dengan kemampuan jelajah 66,1 km, sementara takaran bensin hanya menyisahkan 480 km.

Setibanya masuk Gerbang Tol Colomadu, daya baterai pun sudah habis terkuras, dan pada momen itu juga pola berkendara irit mulai diterapkan.

Beruntung kondisi jalanan lenggang sehingga kaki bisa menginjak pedal gas dengan konstan dan jarak melakukan pengereman mendadak.

Prius pun sudah dilengkapi dengan fitur adaptive cruise control yang sangat berguna digunakan dalam perjalan, paling tidak bisa menggantikan peran kaki dalam menekan pedal gas dalam kecepatan konstan.

Lagi-lagi KOC harus menghadapi ragam tantangan saat perjalanan balik. Paling miris ketika mencari colokan untuk mengisi daya listrik untuk baterai Prius saat tiba di rest area bekas Pabrik Gula di Km 260.

Kebanyakan restoran menolak bahkan daya listrik tetap akan diganti oleh tim, tapi untungnya pihak pengelola memberikan solusi di beberapa lokasi yang akhirnya bisa digunakan untuk mengisi daya Prius. Sebagi informasi, setibanya di rest area 260 kondisi bahan bakar sudah sangat mengkawatirkan.

Hujan lebat pun kembali mengiri perjalanan tim hingga masuk ke Palimanan. Saat baterai habis, bensin yang kembali digunakan pun makin menipis, alhasil tim harus mengendurkan kecepatan tak lebih dari 100 kpj, dengan sisa bahan bakar di MID hanya mampu berjalan setidaknya tinggal 128 km lagi.

Agar bisa menjawab tantang sampai ke Jakarta, akhirnya saat masuk ke Cikampek tim KOC kembali berhenti di rest area km 62 untuk melakukan pengisian bahan bakar. Setidaknya dua jam melakukan cas, tim mendapatkan modal 30 km, sedangkan sisa bahan bakar hanya mampu berjalan 70 km.

Singkatnya, tim berhasil tiba di lokasi awal perjalan tanpa melakukan pengisian bensin. Kondisi bahan bakar saat tiba sudah di posisi rest, tapi petunjuk di MID masih bisa menempuh perjalanan 39 km sementara total perjalanan sebesar 1.159 km.

Kesimpulan

Dari pengisian BBM penuh, hasilnya sebesar 37,8 liter. Dengan kondisi full tank Prius 43 liter, artinya di dalam tangki masih ada 5,2 liter bensin sisa perjalanan KOC dari Jakarta-Yogyakarta-Jakarta.

Sedangkan untuk rata-rata konsumsi bahan bakar yang dihabiskan selama perjalanan sekitar 30,68 liter. Hasil ini didapat dari membagi jarak dan pengisian kembali BBM setelah sampai di Jakarta.

Dengan demikian, Prius PHEV mampu membuktikan diri sebagai mobil dengan kombinasi mesin konvensional dan motor listrik berteknologi tinggi, sebagai kendaraan yang ramah lingkungan dan irit BBM.

Serta yang terpenting adalah rendah emisi, yang sejalan dengan program pemerintah di sektor elektrifikasi kendaraan bermotor.

https://otomotif.kompas.com/read/2020/03/27/143535115/bukti-toyota-prius-phev-sebagai-kendaraan-ramah-lingkungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke